Mohon tunggu...
Moh Ali
Moh Ali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya

Nakal Tapi Masuk Akal Liar Asal Tidak Melanggar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sewa Pacar: Industri Menjanjikan Sekaligus Menjadi Solusi Atasi Kejombloan

31 Oktober 2022   21:17 Diperbarui: 31 Oktober 2022   21:34 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi sebagian dari kalangan anak muda, menghadapi banyak problem dalam menjalin hubungan itu mungkin sudah menjadi hal yang biasa. Akan tetapi, bagi sebagian lainnya, itu malah menjadi problem besar dalam hidupnya. Salah satunya kegagalan dalam menjalin hubungan atau memulai interaksi satu sama lain antar lawan jenis. 

Remaja yang notabene memasuki masa pubertas, biasanya akan lebih cenderung mengalami yang namanya perubahan. Perubahan yang cukup besar (pacu tumbuh) pada tubuh mereka, mulai muncul ciri perubahan seks sekunder, terjadi fertilitas, dan perubahan mental (psikologis) serta kognitif, oleh karena itu biasanya mereka akan mulai membutuhkan yang namanya love language dan physical touch.

Love language adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992 dalam sebuah buku yang berjudul The Five Love Languages: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate. 

Buku tersebut ditulis oleh Gary Chapman dan membahas tentang prinsip komunikasi dalam sebuah hubungan. Secara garis besar, love language adalah cara bagaimana seseorang mengekspresikan cintanya kepada orang lain. 

Hal ini pun bisa kamu aplikasikan ke berbagai jenis hubungan, baik itu hubungan romantis, keluarga, maupun pertemanan. Sedangkan Physical touch artinya adalah rasa cinta yang diekspresikan melalui sentuhan fisik. Bentuk physical touch antara lain adalah memegang tangan, memeluk, mencium, memberi pijatan ke pasangan, hingga berhubungan intim.

Kendati demikian, masih banyak remaja dan bahkan sampai usia terbilang dewasa masih belum pernah merasakan yang namanya hubungan percintaan. Sehingga itu bisa dibilang jomblo akut, ya lama ngejomblo karena disebabkan beberapa hal: salah satunya karena faktor terlalu pemilih, trauma mengenal cinta, susah percaya orang lain atau bahkan ia memang tidak tahu bagaimana menjalin hubungan percintaan.

Karena masih banyak yang merasa canggung ketika ngobrol dan selalu malu ketika ditatap oleh lawan jenis, susahnya menghadapi persoalan tersebut kadangkala membuat para jomblo jadi frustasi loh. Lalu, bagaimana solusinya? Tenang saja, setiap ada masalah pasti ada solusinya. Seperti persoalan jomblower yang sudah saya sebutkan diatas.

Masih ingat dengan sosok pengguna Twitter yang bernama morimoto? Ya peria asal Jepang tersebut sempat viral disosial media karena status yang ia bagikan di Twitter. Ia menceritakan tentang dirinya yang sedang mencari pekerjaan namun tidak kunjung menemukan pekerjaan yang cocok dengan dirinya. 

Sebab, ia memang tidak memiliki kemampuan apapun. Hingga akhirnya memutuskan untuk membuka jasa menemani siapapun yang membutuhkan jasanya., mulai dari menemani makan, curhat, antri tiket dan lain sebagainya. Bermula dari jasa tersebut kini morimoto memiliki penghasilan yang cukup besar, dan tarifnya pun naik meningkat karena banyak yang butuh jasanya tersebut.

Tidak hanya disitu, warga Jepang mulai ramai akan jasa serupa yang menyediakan berbagai pilihan teman kencan. Sehingga itu malah dijadikan ladang bisnis baru bagi beberapa kalangan muda yang memang kalah dalam persaingan dunia kerja, akhirnya mereka lebih memilih masuk ke bidang layanan jasa. Lalu apa korelasinya dengan persoalan remaja diatas? Jadi gini, seperti yang kita tahu akhir-akhir ini. 

Munculnya fenomena sewa pacar di Indonesia, yang hampir mirip dengan layanan jasa yang ada di jepang tersebut, seolah menjadi jawaban atas persoalan remaja yang saya paparkan di atas. Mengapa demikian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun