Mohon tunggu...
Moezenatus Sholiha
Moezenatus Sholiha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN

bismillah bisaa ya Allah

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Jadi Orangtua tapi Gak Bisa Kontrol Emosi, Bagaimana Nasib Anaknya?

21 November 2022   09:28 Diperbarui: 21 November 2022   09:33 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

             Haiii guys...  sebelum membahas lebih lanjut ngomong-ngomong problem kehidupan apa yang kalian temui hari ini? Sebagai mahasiswa pernah gak sih kalian merasa capek, jenuh dengan tugas kuliah, bahkan sampai-sampai kalian tidak terasa, merasakan sedih yang mendalam atau bahkan sampai menangis dengan tugas kuliah, dan berujung tidur serta tidak mengerjakan tugasnya. Nyesel gak sih kalo udah gitu? Pastinya dibenak kalian yang ada hanya "lahhh... kenapa aku gak ngerjain dari semalam yaa"

            Ya begitulah penyesalan selalu datang di akhir, nyatanya kalo kita terlalu larut dengan emosi yang kita rasakan ujung-ujung nya akan berdampak negative pada diri kita. Resiko terburuknya saat seseorang tidak bisa mengontrol emosi nya yaitu bisa melukai diri sendiri, depresi bahkan sampai bunuh diri, seperti kejadian beberapa saat lalu ketika seorang mahasiswa bunuh diri karena lelah dengan tugasnya.

            Nahhh itulah alasan mengapa kita perlu memiliki skill untuk mengontrol emosi atau yang biasa disebut dengan kemampuan regulasi emosi, lantas apa pengertian lebih jelas nya mengenai regulasi emosi dan bagaimana regulasi emosi menurut para ahli? Regulasi merupakan kemampuan untuk memahami dan mengontrol emosi yang sedang ia rasakan saat itu. Menurut Papalia & Martorell regulasi emosi digambarkan sebagai kemampuan dalam mengenali emosi diri sendiri dan orang lain serta kemampuan mengkomunikasikan perasaannya. Terkadang uniknya ada seseorang yang sudah dewasa tapi belum bisa meregulasi emosinya sendiri, contohnya banyak terjadi kasus-kasus KDRT bahkan sampai pembunuhan.

            Menurut Bandura kemampuan regulasi emosi bukanlah kemampuan yang datang dengan tiba-tiba melainkan suatu proses yang melibatkan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Regulasi emosi dipengaruhi oleh dua factor diantaranya yaitu faktor internal dan eksternal, internal yaitu emosi yang muncul dari diri sesorang dipengaruhi biologis, sedangkan eksternal dipengaruhi oleh lingkungan. Proses ini sudah di tanamkan dimulai dari masa kanak-kanak, jika dalam proses didikan regulasi emosi anak saat kecil itu baik maka ketika ia dewasa maka akan tumbuh menjadi seseorang yang mampu mengontrol emosi nya dengan baik.

            Nahh... lantas tugas siapakah yang mengajarkan regulasi emosi pada anak usia dini? Lingkungan sangat berperan penting dalam hal ini yaitu seperti peran orang tua, keluarga, guru, dan teman disekitarnya. Salah satu pepatah yang sangat menarik tentang orangtua dan anak, yaitu buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Emmm apa hubungan nya dengan pembahasan kali ini? Dalam regulasi emosi orangtua sangat berperan penting dalam membentuk regulasi emosi anak-anak kita. Contohnya dari video yang pernah saya lihat di akun sosial media tiktok ada orangtua yang membiasakan anaknya berkata kasar saat merasakan marah, mungkin aneh namun dalam unggahan videonya menyatakan bahwasanya, begitulah caranya untuk mengajarkan anaknya menyerukan kesalahan atau bahkan begitulah cara yang dianggapnya baik untuk menyampaikan perasaan nya. Dan ada ada video dari sosial media tiktok yaitu video unggahan The Hartono Family, yang memiliki parenting sangat baik menurut saya, dalam unggahan videonya, mama mereka selalu mengajarkan menyampaikan emosinya dengan tenang dan menyampaikan nya dengan berbicara baik-baik. Dari dua hal tersebut pola asuh sangat penting sekali dalam regulasi emosi anak.

            Tak hanya itu regulasi emosi tumbuh dari apa yang dilihat dan terrekam oleh anak sejak kecil. Contohnya orangtua yang suka memarahi anaknya dengan pukulan atau makian maka saat proses tumbuh kembangnya anak tersebut akan memiliki cara yang sama seperti orang tuanya, sebab model yang diberikan sejak kecil telah dianggap menjadi salah satu cara yang benar untuk menyampaikan emosinya. Maka dari itu, sebelum menjadi orang tua atau bahkan sebelum memutuskan untuk menikah, ada baiknya kita belajar mendidik regulasi emosi bagi diri sendiri. Sebenarnya tidak hanya pada saat ingin menikah saja sih, jauh sebelum itu kita harus mampu mengontrol emosi.

            Jika ingin mendidik anak dengan baik maka kita harus memberikan contoh yang terbaik bagi anak. Apa sih manfaat regulasi emosi? Manfaatnya agar kita dapat mengetahui apa yang harus kita lakukan untuk menanggapi stimulus dari luar, kalo kita dapat meregulasi emosi, kita dapat memahami situasi dan dapat mengubah presepsi terhadap situasi yang dihadapi, sekalipun kita berada dalam keadaan tertekan. Menurut Davis & Jevine hasil penelitiannya menunjukkan bahwa anak yang mampu meregulasi emosi memiliki keunggulan intelektualseperti keterampilan memecahkan masalah dibandingkan dengan anak yang mengalami satu emosi yang terus menerus menarik perhatiannya.

Lalu bagaimana sih cara orang tua untuk melatih regulasi emosi pada anak sejak dini? Ada beberapa metode untuk melatih regulasi emosi pada anak usia dini, diantaranya yaitu:

1. Bermain peran atau drama, permainan ini dapat melatih sosial emosional anak, dengan permainan ini anak dapat mempraktikan pengalaman emosional yang telah ia temui dilingkungan rumah ataupun bermainnya. Dalam permainan ini banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat anak pelajari dan dalam permainan ini dapat mencerminkan segala perlakuan yang ia peroleh dari lingkungan anak.

2. Bermain congklak, pada permainan tradisional ini dapat melatih kesabaran anak dalam menunggu giliran. Permainan ini juga mengajarkan anak tentang bagaimana cara menerima kekalahan, seperti tidak marah saat kalah, atau bahkan memberi selamat kepada teman yang memenangkan permainan tersebut.

3. Membangun komunikasi diantara anak dan orang tua, yaitu dengan membiasakan anak untuk bercerita mengenai kehidupan yang telah ia alami di hari tersebut. Orang tua juga harus membiasakan anak untuk menanggapi emosi yang ia alami dengan tenang, seperti mengungkapkan keinginannya dengan komunikasi yang baik, seperti mengawali dengan kaya maaf lalu mengatakan apabila hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun