Mohon tunggu...
Moechamad Yusuf D Witjaksono
Moechamad Yusuf D Witjaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa

Tetap tersenyum dan memberikan senyuman

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dari Jemuran, Parkiran, Sampai Uno, Ini Value Organisasi yang Layak Ditiru!

7 Juli 2025   11:38 Diperbarui: 7 Juli 2025   11:44 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Foto dari depan basecamp PKPT IPNU IPPNU IAIN Kediri  (Dokumentasi Pribadi)

Tulisan ini bukan sekadar nostalgia atau romantisasi kehidupan organisasi, melainkan sebuah bentuk berbagi nilai. Sebuah refleksi dari ruang kecil bernama Mabes yang diam-diam menyimpan praktik budaya organisasi yang sehat, hangat, dan penuh makna.

Budaya organisasi bukan hanya soal struktur dan program kerja, tetapi juga tentang habbits kecil yang membangun kenyamanan, kebersamaan, dan rasa memiliki. Sebuah bacecamp yang bernama, Mabes (Markas Bersama) milik PKPT IPNU IPPNU IAIN Kediri yang kini menjadi PK IPNU IPPNU UIN Syekh Wasil membuktikan bahwa nilai-nilai itu bisa hadir lewat aktivitas sehari-hari yang santai namun bermakna.

MABES: RUMAH BERSAMA YANG TAK SEKADAR BASECAMP

Mabes tampak seperti basecamp pada umumnya. Jemuran yang belum diangkat hingga berminggu-minggu, rak buku yang kadang padat kadang juga tak tahu dibawa siapa, lantai yang jarang sepi dari jejak sandal sampai berujung sandalnya dighosob, dan korahan yang ditinggal kan begitu saja usai rapat. Namun, siapa sangka, dibalik ke-randoman nya, Mabes adalah ruang hidup. Bukan sekadar tempat istirahat atau tempat rapat program kerja, tapi sebuah "rumah kedua" tempat setiap orang bisa berjejaring, bertumbuh dan bermanfaat.

Budaya Sambut Tamu: Tak Boleh Sendirian

Ada satu hukum tak tertulis di Mabes: siapa pun yang datang wajib disapa. Tak boleh ada tamu duduk sendiri---kecuali memang tertidur atau lagi istirahat. Bagi penghuni tetap, ini bukan cuma soal sopan santun. Ini soal membangun kenyamanan, rasa dihargai, dan kultur keterbukaan. Karena lewat Obrolan ringan bisa melahirkan ide besar. Meskipun untuk penghuni baru ini cukup sulit, karena banyak diantara mereka akan berfikir takut dikira SKSD (Sok kenal sok dekat). Padahal, jikalau mereka semua tahu alasan nya kenapa begini. Pasti ia tidak akan menyiakan-nyiakan setiap pertemuan nya.

Rekan Minimal Raup pernah berkata, "Kadang baru bangun tidur, belum sempat mandi, langsung ada tamu. Ya sudah, yang penting mukaku seger, dan tamunya nggak merasa asing."

Parkiran: Ladang Latihan Empati

Satu lagi budaya unik: budaya parkiran. Di Mabes, membantu mengatur motor jadi kegiatan refleks kolektif. Saat motor menumpuk tak karuan, warga Peka---terutama para IPNU---sigap menata, membukakan jalan, atau bahkan mengantar pulang Rekanita. Jadi Bukan hanya 24 jam, bahkan "25 jam," begitu canda teman-teman pada penghuni mabes. Ketika halaman Mabes mulai penuh sesak oleh motor yang tak beraturan, refleks pun muncul: ada yang sigap menata motor, ada yang membukakan jalan, bahkan ada pula yang rela mengantarkan pulang agar tidak jalan kaki.

Dari situ, komunikasi tumbuh: dari sekadar, "Jangan lupa, 2 ribu parkir nya", "Mbak, ini motor sampean?" hingga berlanjut ke candaan ringan yang mencairkan suasana. Tanpa disadari, kebiasaan ini membentuk rasa peka, tanggung jawab, dan inisiatif, semua terjadi tanpa harus diminta.

Uno'an: Kreativitas yang Mendidik

Permainan Uno di Mabes tak seperti biasanya. Ada aturan unik: dilarang menyebut angka dan warna secara langsung. Jadi jangan harap bisa bilang "Merah dua" dengan santai. Kamu harus berimprovisasi. Misalnya, "Kartu dengan warna darah atau banteng PDI." Di sinilah permainan berubah jadi latihan olah bahasa, improvisasi, dan tentu saja, kesabaran. Kesalahan sedikit saja bisa membuatmu harus berpikir 2 kali lagi. Akibatnya? Semua jadi lebih waspada, fokus, dan lucunya... jadi jago merangkai kalimat. Uno di Mabes bukan cuma adu kartu, tapi juga adu kreativitas dan konsistensi berbahasa.

Dan jangan lupakan punishment-nya! Dari telepon orang random, dosen, bahkan mantan, hingga story memalukan tujuh turunan. Rekan Alvenda yang kini menjadi ketua baru PK IPNU UIN Syekh Wasil. Mempunyai catatan buruk bermain uno yang kerap kalah, dan mengaku sudah pasrah. Tapi justru dari situ muncul tawa, keakraban, dan kepekaan sosial yang tak bisa diajarkan lewat kuliah.

Save Nomer: Lebih dari Sekadar Koordinasi

Budaya penting lainnya adalah kewajiban untuk menyimpan nomor kontak satu sama lain. Kesan awalnya mungkin biasa saja, atau sedikit memalukan. Tapi, justru dari sinilah relasi yang sehat dan produktif tumbuh. Karena menyimpan nomor bukan sekadar formalitas koordinasi kegiatan, Seperti cerita Rekan Zam yang memaksimalkan dampak manfaat save nomer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun