Mohon tunggu...
Modest Sheeran
Modest Sheeran Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Freelance, Penulis/Blogger

Untuk memahami Dunia : Baca Buku Untuk memahami Diri Sendiri : Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mutiara dari Ujung Timur Indonesia

17 Februari 2024   12:58 Diperbarui: 17 Februari 2024   13:01 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok :mygallerihello

Langit berwarna jingga, menggambarkan akan tiba sang Senja diujung barat Desa Miu, kaki kecil tertatih melangkah letih diatas pematang persawahan desa dilereng gunung Delta. Bagai domba yang tak tergembalakan oleh gembalanya, hanya ditemani sebuah bayangan sepi kemanapun ia pergi. Dia, pria kecil berstatus petani mulia.
Saat itu, bulan Februari... Hujan sedang berlangsung angin bertiup kencang dimana-mana membuat daun berjatuhan tanpa harus menunggu musimnya datang. Itulah masa itulah kisah kehidupan yang sesungguhnya didesa Miu, Gamma, nama yang tak asing lagi bagi penduduk desa Miu, seorang petani kecil, dilereng gunung Delta desa Miu, yang hidup sebatang kara dengan ibunya sendiri, ia ditinggal ayahnya dua tahun yang lalu.
Menjalani dua tahun tanpa seorang pahlawan, tanpa seorang saudara benar-benar berat, harus memulai segalanya dari nol lagi, harus belajar lebih keras lagi menghadapi hidup. Itulah yang dirasakan oleh Gamma, anak Desa yang tengah merasakan pahitnya dunia saat ini. Ketika musim hujan tiba dia selalu trauma.
Dua tahun yang lalu tepatnya 11 januari tragedi menyedihakan, dan memiluhkan itu menimpanya bersama ibunya. Kejadian dua tahun yang lalu, terlepasnya dinding gunung Delta hingga membuat arah timur dari gunung tersebut runtuh tepatnya dibelakang rumahnya, menimbulkan bencana di Desa Miu dua tahun yang lalu yakni bencana longsor dari puncak gunung dan memakan banyak korban yakni penduduk sekitar lereng gunung tersebut yang didalamnya ada dua orang terkasih Gamma, membuat dia harus kehilangan dua orang tersayang sekaligus, harus berpisah dengan dia dan ibunya untuk selamanya, membuat dia benar-benar rapuh, benar-benar hancur.
Berkat ketegaran, ketakwaan dan kesolehannya ia berusaha untuk melupakan tragedi musim hujan dua tahu yang lalu walau terkadang kejadian itu mengusik kesepiannya. Gamma yang kini baru kelas 2 SMP baru menginjak usia yang ke 12 tahun. Dan yang paling menyedihkan baginya adalah kepergian ayah dan adik semata wayangnya bertepatan dengan ulang tahunnya.
Gamm, Gamm loh kok ngelamun,.... Hey... Nak... Iiiyaaa.. Iiyaaaa bu ada apa? Tanya Gamma ke ibunya, dengan suara terbata karena terkejut dikejutkan ibunya dengan menepuk pundaknya agak keras, ngelamun apa sih nak... Tanya ibunya lagi... Ibunya tahu apa yang dilamunkan anaknya ...nggakk kok bu... Gamma nggak ngelamun.. Udah makan belum? Ayo makan sana dan ingat istirahat ya... Iya buk... Oh ya bu.. Bu boleh nggak Gamma ngomong sesuatu sama ibu? Tapi ibu janji nggak marah! Mau ngomong apa sih kamu nak... makan sana dulu, ngomongnya nanti selesai makan ya... Perintah ibu ke Gamma yang tahu kalau anaknya sudah lapar karena baru pulang sekolahan. Iya bu.. Gamma makan dulu ya bu... Iya Gam..
Setelah selesai makan Gamma langsung menemui ibunya yang masih duduk diruang tamu. Udah.. selesai makannya Gam..? Udah bu.. sini duduk sini, ibu memanggil Gamma dan memerihtah Gamma duduk tepat disisinya.
Bu...mmm mau ngomong apa, ibu sengaja nggak jalan dulu, biar nunggu kamu selesai makan. Gini bu... Gamma kan udah Gede, udah kuat kerja. boleh nggak Gamma bantuin ibu kerja ? Boleh dong Gamm, ibu senang dengarnya. Emang apa sih, yang Gamma mau bantuin buat ibu, Gamma yakin udah kuat kerja diladang? Tanya ibu nggak percaya dengan apa yang barusan ditawarkan anaknya. Bukan itu makudnya bu... Gimana kalau Gamma jualan koran dan majalah, ibu nggak keberatan kan? Tanya Gamma lagi ke ibunya dengan wajah dipenuhi rasa girang dan berharap ibunya mengiyakan tawarannya.
Ibu sih nggak apa-apa Gam, apapun yang dikerja asalkan itu halal ibu mau, tapi ada tapinya. Gimana dengan sekolah kamu, apa nggak terganggu, gimana dengan waktu belajar kamu nak apa nggak kepotong?. mmm... Bu... Gimana kalau Gamma nggak usah sekolah lagi, ibunya diam dan memandang keanaknya dalam-dalam, gimana bu.. Bolehkan? Kalau misalnya Gamma nggak sekolah lagi, Gamma tiap hari bantuain ibu ngais rezeki ya bu... Boleh ya.. Bu..! Minta Gamma ke ibunya dan berharap ibu mengiyakan apa yang baru iya pinta... Gamma kamu tahu nggak apa yang ibu inginkan dari Gamma satu-satunya, apalagi setelah kejadian dua tahun lalu, ibu hanya punya kamu Gamma, dan ibu berharap kamu jadi orang sukses kedepannya Gamm.. Dulu alm Bapak kamu sama Ibu juga putus sekolah karena keadaan, dan itu adalah suatu satu pengalaman yang pahit dalam hidup bapak ibu,,,jadi Bapak dan ibu hanya berharap satu semoga anaknya nanti nggak keulang pengalaman yang sama lagi, tapi hari ini Gamma datang membawa permintaan yang sama kayak ibu dulu,, dan itu membuat ibu benar-benar putus harapan. Tapi ibu Mau kan, kalau misalnya Gamma nggak sekolah... Nggakk. Pokoknya ibu nggak mau,,, tapi bu... Gamma stop nak.. Apa yang kamu katakan saat ini membuat ibu sakit hati, seolah olah kamu nggak harapin ibu untuk jamin hidupmu nak.. Bukan itu maksudnya bu,, tapi... Stop. Kamu masih ingat kan dengan apa cita-cita kamu dulu, masih ingat kan? Tanya ibunya dengan suara kesal.. Ibu bu Gamma ingat, apa cita-cita Kamu,, ingin jadi Jaksa bu... biar apa? Tanya ibunya lagi.. Biar bisa menegakan keadilan, terutama keadailan antar orang miskin dan kaya bu...lalu ini perjuangan kamu untuk jadi Jaksa, ini semangat kamu.. Gamm... Kata ibunya lagi dengan suara terbata karena air mata ibunya mulai jatuh membasahi pipinya. Bu.. Gamma perlahan bangit mendekati ibunya dan duduk tepat dikaki ibunya, memeluk kaki ibunya. .bu maafin Gamma ya..Gamma buat ibu nangis..  Maafin Gamma ya.. Bu.  Gamma janji ngakk bakal putus sekolah apapun yang terjadi Gamma akan tetap sekolah untuk jadi Jaksa nanti...
Tahun telah berganti tahun dan tidak terasa tujuh tahun telah berlalu Gamma yang telah lulus SMA dengan nilai tertinggi disekolah kini melanjutkan studi ke perguruan tinggi dengan berbekal beasiswa prestasi, dan ia melanjutkan kuliah Jaksa hanya dengan tiga tahun lebih kini ia telah selesai.
Masih tetap lulus dengan nilai terbaik kini Gamma lanjut ke S-2 masih dengan beasiswa prestasi juga. Ia rela meninggalkan ibunya di Desa demi menggapai cita-cita.
Setelah berpisah dengan ibunya hampir enam tahun kini, ia pulang dengan berpakaian lengkap dengan atribut Kejaksaan ia ingin menemui ibunya di kampung halamannya.
Tok... Tok... Tok...ibu.. Bu... Panggil Gamma keibu setelah sampai dirumah di Desanya dulu... Cari siapa nak. Jawab sebuah suara dari dalan rumah, dan membuka pintu. Bu.. Permisi bu. Bu.. Ibu.. saya dimana.. Maksud kamu bu Siti nak.. Iya bu...loh emang kamu nggak tahu..  Ibumu kemana? Nggak bu... Ibu kemana ya bu... Tanya Gamma ke tuan rumah dengan wajah yang bingung. Mau ketemu ibu ya. .iya bu.  Sini ibu antar ke ibumu nak.. Gamma yang tidak mengerti mengikuti ibu itu dari belakang yang tak tahu mau dibawa kemana. Loh bu.. Kok kesini, ini kan... Itu ibumu sana... Nggak bu.. Nggak mungkin.. Perlahan  Gamma mendekati pusara yang ada didepannya, ia perhatikan tulisan nisan itu dengan rasa tidak percaya, tapi apa boleh buat disana tertulis "Siti Andinda Binti Yusran"
Nggak mungkin.... Nggakkkkkk.....Ibu.. Ibuuuuuuu.... Gamma berlutut dengan penuh penyesalan dan kesedihan, ibu... Inikah bu, ibu mana janji ibu... Ibu maksa aku sekolah, sekolah dan sekolah dan Gamma ikut semua itu, kini Gamma pulang dengan cita-cita yang ibu inginkan...ni ibu liat... Liat kan bu.. Gamma kini jadi Jaksa tapi ibu tega, nggak mau tunggu Gamma pulang... Ibuuuuuu...Gamma menangis dengan Begitu sedih sambil memeluk nisan ibunya..  
Nak...ayo pulang.. Ajak bu Tia yang membawanya menemui pusara ibunya tadi... Bu ada apa dengan ibu saya, kenapa ini terjadi tanya Gamma yang masih tidak percaya dengan apa yang telah terjadi dengan ibunya.. Ceritanya panjang nak, kita pulang dulu nanti Ibu cerita semuanya. Ibu...buuuuu..  Gamma tidak menghiraukan ajakan bu Tia, sebab yang dirasakan hanya sedih dan merasa benar-benar kehilangan seluruh jiwanya.
***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun