El Salvador, negara pertama di dunia yang menjadikan Bitcoin sebagai mata uang resmi, kini mengambil langkah mengejutkan: menghentikan pembelian Bitcoin tambahan. Langkah ini muncul setelah kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) terkait pinjaman miliaran dolar. Apakah ini tanda bahwa eksperimen Bitcoin mereka gagal? Atau justru strategi cerdas di tengah dinamika ekonomi global? Mari kita bahas!
Dari Bitcoin Maximalist ke Realitas Finansial
Pada September 2021, Presiden Nayib Bukele membawa El Salvador menjadi sorotan dunia dengan menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Langkah ini dianggap revolusioner, bahkan berani, karena negara lain masih ragu untuk mengadopsi kripto sebagai mata uang resmi.
Namun, seiring berjalannya waktu, tantangan mulai muncul. Harga Bitcoin yang fluktuatif membuat banyak pihak mempertanyakan stabilitas kebijakan ini. Selain itu, penggunaan Bitcoin di kalangan masyarakat masih minim---hanya sekitar 8% populasi El Salvador yang benar-benar menggunakannya dalam transaksi sehari-hari.
Dan kini, datanglah IMF dengan tawaran pinjaman besar, namun dengan satu syarat: El Salvador harus membatasi keterlibatannya dalam Bitcoin.
IMF dan Syarat "Berhenti Bermain Bitcoin"
IMF memberikan pinjaman sebesar US$1,4 miliar kepada El Salvador, tetapi meminta negara tersebut untuk:
1. Menghentikan pembelian Bitcoin tambahan
2. Mengubah status Bitcoin dari mata uang legal menjadi opsional bagi sektor swasta
3. Meningkatkan transparansi dan tata kelola keuangan
4. Memperkuat regulasi Anti-Money Laundering (AML) dan Counter-Financial Terrorism (CFT)
Sederhananya, IMF ingin memastikan bahwa ekonomi El Salvador tetap stabil tanpa terlalu bergantung pada Bitcoin yang terkenal volatil.
Bitcoin Masih Ada, Tapi Tidak Bertambah
Meskipun El Salvador berhenti membeli Bitcoin baru, mereka tetap menyimpan cadangan yang sudah ada, yakni sekitar 6.002 BTC (setara dengan US$600 juta pada harga saat ini). Jadi, ini bukan berarti negara tersebut meninggalkan Bitcoin sepenuhnya, melainkan lebih ke strategi penyesuaian kebijakan.
Beberapa analis melihat ini sebagai langkah pragmatis. Dengan cadangan Bitcoin yang sudah cukup besar, El Salvador bisa tetap memanfaatkan potensi kenaikan harga di masa depan, sembari mengamankan bantuan keuangan dari IMF.
Apakah Ini Tanda Bitcoin Gagal di El Salvador?
Belum tentu. Banyak negara masih memantau eksperimen El Salvador dengan Bitcoin. Jika harga Bitcoin naik drastis dalam beberapa tahun ke depan, El Salvador bisa mendapatkan keuntungan besar dari cadangan mereka. Namun, jika harga terus fluktuatif atau turun, mereka akan lebih diuntungkan dengan pendekatan yang lebih hati-hati seperti sekarang.
Kesimpulan: Strategi atau Keputusan Terpaksa?
Keputusan El Salvador untuk berhenti membeli Bitcoin kemungkinan besar bukan karena mereka kehilangan keyakinan terhadap kripto, tetapi lebih karena kebutuhan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendapatkan dana dari IMF. Ini adalah langkah kompromi yang mungkin akan memberikan manfaat jangka panjang, baik dalam bentuk stabilitas ekonomi maupun potensi keuntungan dari Bitcoin yang masih mereka miliki.
Jadi, apakah ini langkah cerdas atau justru tanda mundurnya eksperimen Bitcoin di El Salvador?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI