Mohon tunggu...
Mochammad Jose Akmal
Mochammad Jose Akmal Mohon Tunggu... Sangat tertarik dengan isu Sosial dan Perpolitikan baik nasional maupun Internasional.

mahasiswa yang memiliki rasa ketertarikan dan minat yang luas akan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Paus dari Belahan Bumi Selatan: Mengenang Paus Fransiskus

8 Mei 2025   01:14 Diperbarui: 8 Mei 2025   01:14 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Paus Fransiskus bertemu Presiden Brasil Lula da Silva dan Ibu Negara Janja di Roma pada 2023. Foto oleh Ricardo Stuckert, CC BY 2.0 via Wikimedia Com

Paus Fransiskus akan selalu diingat sebagai sosok yang mengubah wajah Gereja Katolik dengan cara yang sederhana tapi kuat. Ia adalah Paus pertama dari Amerika Latin, dari Argentina tepatnya---dan juga yang pertama dari belahan bumi selatan. Tapi lebih dari itu, ia adalah seorang pemimpin yang membuat kita merasa bahwa kesucian bisa hadir lewat kehangatan, kepedulian, dan... sepatu lusuh.

Lahir di Buenos Aires pada 17 Desember 1936, nama lengkapnya Jorge Mario Bergoglio. Ia dibesarkan dalam keluarga imigran Italia yang hidupnya jauh dari mewah. Ayahnya bekerja di kereta api dan kemudian menjadi akuntan, sementara ibunya adalah ibu rumah tangga yang membesarkan lima anak---dan Jorge adalah yang tertua. Jadi, sejak kecil ia sudah terbiasa berbagi, bertanggung jawab, dan mungkin juga terbiasa rebutan kamar mandi.

Sebelum masuk ke dunia religius, Jorge sempat menempuh pendidikan sebagai teknisi kimia dan bekerja di kantor tempat ayahnya dulu bekerja. Ia bersihin lantai, ngerjain administrasi---semua ia lakukan sambil sekolah. Mungkin saat itulah etos kerjanya mulai terbentuk: kerja keras, gak banyak gaya, dan selalu total.

Titik balik hidupnya datang saat usia 17 tahun. Setelah mengalami pengalaman mengaku dosa yang menyentuh hatinya, ia mulai merasa ada panggilan khusus dalam hidupnya. Tapi seperti remaja lain, dia juga sempat jatuh cinta. Kepada seorang gadis bernama Amalia. Dalam surat cintanya (yang belakangan jadi legenda), dia menulis, "Kalau saya tidak menikahimu, saya akan jadi imam." Amalia menolak, dan dunia akhirnya mendapatkan seorang Paus. Kadang, patah hati membawa kita ke jalan yang benar, ya?

Pada 1958, ia resmi masuk ke Serikat Yesus (Yesuit) dan mulai belajar filsafat, teologi, dan humaniora. Ia sempat mengajar sastra dan psikologi di beberapa sekolah menengah, dan bahkan lanjut belajar di Spanyol dan Irlandia. Ia ditahbiskan jadi imam pada 13 Desember 1969.

Lama sebelum jadi Paus, Jorge sudah dikenal sebagai pemimpin yang rendah hati. Ia pernah jadi pimpinan Yesuit di Argentina, lalu rektor seminari, dan akhirnya jadi Uskup Agung Buenos Aires. Di sana pun ia hidup sederhana: naik bus, masak sendiri, dan memilih tinggal di apartemen kecil ketimbang istana uskup.

Pada 2001, Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya menjadi Kardinal. Dan ketika Paus Benediktus XVI mengundurkan diri pada 2013, dunia pun berkumpul dalam Konklaf. Jorge terpilih, dan memilih nama "Fransiskus"---menghormati Santo Fransiskus dari Assisi, sosok yang cinta damai, cinta kaum miskin, dan, kalau boleh jujur, mungkin satu-satunya santo yang nyambung banget sama gaya hidup Jorge.

Sebagai Paus, Fransiskus membuat banyak keputusan tak terduga: menolak tinggal di apartemen resmi Paus, naik mobil kecil ke mana-mana, dan memilih bicara langsung dengan umat daripada lewat protokol panjang. Ia bicara tentang pentingnya menjaga bumi, menghormati perbedaan agama, mendengarkan yang kecil dan terpinggirkan. Ia juga tak ragu mengakui kesalahan institusi, terutama dalam kasus-kasus pelecehan seksual dalam Gereja---dan mengambil langkah tegas.

Dia juga bukan tipe Paus yang kaku. Pernah suatu kali saat ditanya soal umat LGBT, ia menjawab dengan kalimat legendaris: "Siapa saya untuk menghakimi?" Kalimat itu sederhana, tapi mengguncang. Karena ia bicara sebagai Paus, tapi juga sebagai manusia.

Ia memimpin Gereja dengan penuh cinta, membongkar kebiasaan lama yang tidak lagi relevan, dan membuka jendela dialog ke semua arah---entah ke kaum Muslim, Yahudi, atau bahkan yang tidak percaya Tuhan sekalipun. Ia membawa Gereja kembali pada semangat awal: melayani, bukan menghakimi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun