Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kegagapan Pemimpin di Era Demokrasi

2 November 2012   02:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:05 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tadi pagi saya lihat gambar dan baca berita di koran.  Ada dua berita yang hampir sama.  Sama-sama menyedihkan.  Yang satu terjadi di Amerika (Si Sandy).  Yang satu ada di negeri ini, tepatnya di Lampung Selatan.  Saya tak perhatikan betul, apakah ada korban si Sandy.  Tapi, yang jelas, sudah ada 12 warga meninggal di Lampung.

Terus saya lihat dua gambar.  Satu Presiden Amerika Serikat dan satunya lagi gambar Presiden negeri ini.  Presiden Obama sedang menenangkan seorang perempuan yang menjadi korban Sandy.  Seperti seorang bapak yang begitu berempati pada anak-anaknya.  Sementara gambar Presiden SBY, beliau sedang ada di Inggris.  Di kerajaan Inggris dan habis jamuan makan.

Apa beda dua gambar dan dua berita itu?

Harapan yang terlalu besar, di satu sisi.  Kenyataan yang tak juga berubah, di sisi lain.  Melahirkan jurang yang dalam.  Harapan besar itu memakin besar setelah reformasi.  Bukan hanya demokrasinya, tapi lebih jauh pada kelebihbaikan kehidupan warga negeri ini.  Terlalu lama terhimpit dalam ketertinggalan, baik secara ekonomi mau pun politik, mengakibatkan mereka tak tahan lagi kalau harus disuruh bersabar karena tak ada cercahan cahaya harapan secuil pun.

Bukan hanya di Lampung.  Potensi tawuran massal ada di mana-mana di negeri ini.  Tapi, lihat saja wajah pemimpin kita.  Tak merasa ada yang salah.  Terlalu sibuk untuk kekuasaannya sendiri. Tersenyum justru saat rakyatnya menangis.  Ada jarak yang tak tersentuh.

Pemimpin dungu adalah mereka yang tak mau berlibat pada apa yang dirasa rakyatnya.  Rakyat masih dianggap abdi.  Yang hanya dibutuhkan saat pemilu.


Padahal, rakyat berharap.  Perubahan negeri ini ke demokrasi dapat mengubah kehidupannya.  Aspirasinya bisa ditampung dan dibenahi.  Tapi apa yang terjadi?  Bukan hanya pemimpin, DPR dan DPRD pun slenco semua.  Mereka semua tak mau tahu dengan persoalan rakyat.  Siapa yang gak gedek lihat aspirasi yang selalu diingkari?

Secara ekonomis juga tak ada perubahan.  Mereka tetap saja miskin.  Tetap saja terpinggirkan.  Tetap saja terbiarkan.  Sampai kapan?  haruskah sabar ini habis baru diperhatikan?

Pemimpin di era demokrasi ternyata masih juga bebal.  Jangan heran kalau muncul tawuran di mana-mana.  Saya bersyukur punya Jokowi-Ahok, yang kemarin mau menemui korban penggusuran di Muara Angke.  Pemimpin baru untuk masa depn.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun