Ada delapan partai menolak proporsional tertutup. Dan hanya satu yang menerima. Partai penolak bergabung antara partai pemerintah dan oposisi. Mungkin karena memiliki kepentingan yang sama.Â
Golkar, Gerindra, Nasdem, PKB, PKS, Demokrat, PAN, dan PPP menolak sistem proporsional tertutup. Hanya PDI-P yang menerima atau setuju dengan sistem proporsional tertutup.Â
Selain, sembilan partai politik yang memiliki anggota legislatif, masih ada beberapa partai yang tak punya perwakilan di DPR. Dan lebih banyak yang mendukung proporsional terbuka.Â
Selain PDI-P, sebetulnya ada juga usulan dari beberapa elite Muhammadiyah agar sistem proporsional terbuka yang selama ini dipergunakan dalam sistem pileg diubah menjadi proporsional tertutup. Salah satu alasannya karena persaingan yang terlalu bebas hanya akan melahirkan tindakan tindakan tidak terpuji. Persaingan memang bukan hanya antar caleg beda parpol tapi juga persaingan antarcaleg dalam parpol. Bahkan disinyalir, persaingan dalam parpol lebih keras.Â
Akan tetapi, mengapa parpol parpol itu lebih suka proporsional terbuka?Â
Dengan sistem proporsional terbuka, semua parpol diuntungkan. Dalam pileg, parpol cukup menjadi kendaraan semata. Berhasil atau tidak, sangat bergantung pada bagaimana si caleg bekerja.Â
Proporsional terbuka menjadikan semua caleg akan bekerja sekeras mungkin. Keberhasilannya bukan ditentukan oleh parpol tapi oleh kerja keras dirinya.Â
Jadi, begitulah alasannya kenapa parpol hampir semuanya menolak proporsional tertutup. Mereka akan dirugikan. Hanya parpol tertentu yang akan diuntungkan.Â
Kalau tanpa kerja keras mereka dapat untung, terus ngapain mesti kerja keras?Â