Afghanistan di bawah Taliban benar benar menjadi neraka bagi perempuan. Perempuan bukan hanya tidak dihargai sebagai manusia yang setara, untuk mengenyam pendidikan pun dilarang.Â
Berita paling akhir adalah larangan Taliban terhadap perempuan untuk berkuliah. Berita yang sangat memedihkan hati rasanya. Apalagi untuk bangsa Indonesia yang sedang memperingati Hari Ibu.Â
Dalam peringatan Hari Ibu tentu berisi banyak pengingatan akan arti seorang ibu. Bukan hanya bagi seorang individu tapi juga jasa besarnya bagi bangsa.Â
Pahlawan pahlawan besar pasti lahir dari perempuan perempuan hebat. Sehingga sangat masuk ajak jika perempuan dihargai sebagai salah satu tiang negara.Â
Anehnya, Taliban melakukan berbagai larangan diskriminatif terhadap perempuan dengan mengatasnamakan agama . Â Tentu bukan agama yang melarang hal tersebut, karena banyak negara dengan agama yang sama justru sangat menghargai perempuan. Larangan Taliban diakibatkan karena kepicikan dalam memahami ajaran agama.Â
Di negeri ini juga ada kelompok kelompok yang sudah terracuni oleh pemikiran Taliban tersebut. Mereka mendompleng pada pemahaman agama yang keblinger.Â
Jalan yang ditempuh negeri ini sudah sangat benar. Sebagai penduduk mayoritas Muslim, tapi pemikiran nya sangat moderat dalam hal perempuan. Bahkan baru baru ini ada konferensi internasional perempuan yang kedua. Sebuah upaya yang intensif untuk mbangun keberagamaan yang tidak bias jender.Â
Pahlawan perempuan sudah sangat dikenal sejak seorang sekolah dasar. Ada Tjut Nyak Dien, ada Kartini, ada Rasuna Said. Bahkan pernah ada perempuan presiden.Â
Taliban bukan perjuangan agama tapi perjuangan politik berkedok agama. Sehingga terlihat sekali kepicikan pemahaman keagamaan mereka.Â