Kadang kita memang harus berjudi. Karena kehidupan tidak menyiapkan segalanya untuk kita sendiri. Kita harus berbagi, dan kadang-kadang berebut pula.Â
Kesempatan tak datang dua kali. Sehingga, ketika datang harus kita sambut dan kita peluk erat. Kalau tidak datang, kita undang. Kalau tak mau datang kita paksa dengan segala cara.Â
Jokowi sudah tak mungkin mencalonkan diri lagi. Hanya orang gila yang mendorongnya untuk ketiga. Atau mereka yang memintanya turun segera.Â
Kesempatan bagi siapa pun untuk bersaing. Karena persaingan terbuka. Dengan siapa pun yang siap bersaing. Tak ada yang punya pengalaman. Semua masih berupaya.Â
Surya Paloh mencoba peruntungan. Walaupun waktu pilgub DKI mendukung Ahok yang saat itu menjadi saingan Anies, sekarang Surya Paloh mendukung Anies untuk berebut RI 1.
Cukup mengejutkan. Karena dalam pilpres kemarin, Surya Paloh terlihat menjadi pendukung Jokowi. Sementara kita tahu bahwa Anies memang antitesa Jokowi. Bahkan sudah mulai muncul tagline perubahan.Â
Memang, dalam setiap pilpres di negara mana pun akan muncul  minimal dua kubu. Kubu pertama melanjutkan. Kubu kedua perubahan. Kubu pertama tentu berkait dengan penguasa yang ada. Artinya, kalau terpilih, maka gagasan penguasa pada saat itu akan dilanjutkan. Sedangkan kubu perubahan sudah pasti akan merombak setiap kebijakan penguasa pada saat itu. Bahkan kadang ekstrem.Â
Mana yang akan menang, tentu bergantung pada tingkat kepuasan pemilih. Pemilih yang puas akan bilang "lanjutkan" sedangkan pemilih yang tidak puas akan bilang "saat ganti yang baru".
Surya Paloh pasti sudah menghitung detail detailnya. Tapi kita melihatnya sebagai perjudian. Kenapa?Â
Pertama, koalisi belum terbentuk tapi pencapresan sudah dilakukan. Jadi, Nasdem sudah mengunci koalisi harus setuju dengan capresnya.Â