Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surya Paloh Berjudi bersama Anies?

12 November 2022   08:28 Diperbarui: 12 November 2022   08:30 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kadang kita memang harus berjudi. Karena kehidupan tidak menyiapkan segalanya untuk kita sendiri. Kita harus berbagi, dan kadang-kadang berebut pula. 

Kesempatan tak datang dua kali. Sehingga, ketika datang harus kita sambut dan kita peluk erat. Kalau tidak datang, kita undang. Kalau tak mau datang kita paksa dengan segala cara. 

Jokowi sudah tak mungkin mencalonkan diri lagi. Hanya orang gila yang mendorongnya untuk ketiga. Atau mereka yang memintanya turun segera. 

Kesempatan bagi siapa pun untuk bersaing. Karena persaingan terbuka. Dengan siapa pun yang siap bersaing. Tak ada yang punya pengalaman. Semua masih berupaya. 

Surya Paloh mencoba peruntungan. Walaupun waktu pilgub DKI mendukung Ahok yang saat itu menjadi saingan Anies, sekarang Surya Paloh mendukung Anies untuk berebut RI 1.

Cukup mengejutkan. Karena dalam pilpres kemarin, Surya Paloh terlihat menjadi pendukung Jokowi. Sementara kita tahu bahwa Anies memang antitesa Jokowi. Bahkan sudah mulai muncul tagline perubahan. 

Memang, dalam setiap pilpres di negara mana pun akan muncul  minimal dua kubu. Kubu pertama melanjutkan. Kubu kedua perubahan. Kubu pertama tentu berkait dengan penguasa yang ada. Artinya, kalau terpilih, maka gagasan penguasa pada saat itu akan dilanjutkan. Sedangkan kubu perubahan sudah pasti akan merombak setiap kebijakan penguasa pada saat itu. Bahkan kadang ekstrem. 

Mana yang akan menang, tentu bergantung pada tingkat kepuasan pemilih. Pemilih yang puas akan bilang "lanjutkan" sedangkan pemilih yang tidak puas akan bilang "saat ganti yang baru".

Surya Paloh pasti sudah menghitung detail detailnya. Tapi kita melihatnya sebagai perjudian. Kenapa? 

Pertama, koalisi belum terbentuk tapi pencapresan sudah dilakukan. Jadi, Nasdem sudah mengunci koalisi harus setuju dengan capresnya. 

Kedua, perubahan dari pendukung seseorang ke mendukung orang di seberangnya tentu sangat beresiko.  Mungkin Surya Paloh berharap ada tambahan suara dari pendukung Anies. Tapi Surya Paloh mungkin lupa bahwa yang anti Anies juga akan keluar. 

Pendukung Anies memang lebih besar dari pendukung partai. Pada pemilu lalu, pendukung Anies tersebar, paling tidak di 3 partai yaitu Gerindra, PKS, dan Demokrat. 

Jika Anies diambil Nasdem, maka mereka akan berbondong-bondong menuju Nasdem. Inilah yang dikhawatirkan oleh PKS dan Demokrat jika kader mereka tidak menjadi cawapres Anies. Banyak pemilih mereka yang akan pindah ke Nasdem karena Anies lebih menjadi ikon Nasdem. 

Seberapa besar perbandingan antara yang masuk dengan yang keluar? 

Surya Paloh mengatakan bahwa jika suara Nasdem turun setelah mencalonkan Anies maka dia siap turun dari kursi ketum Nasdem. Inilah perjudiannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun