Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Ini Binatang Jalang

1 Agustus 2022   17:45 Diperbarui: 1 Agustus 2022   17:56 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang sudah mulai tak kenal lagi. Beberapa muridku benar-benar tak tahu Chairil Anwar. Apalagi tahu dan memahami karya karyanya. 

Dulu, ketika masih sekolah juga mengenal Chairil dari buku pelajaran. Chairil Anwar adalah tokoh Angkatan 45 menurut Paus Sastra Indonesia, HB Jassin. 

Seharusnya, Chairil bukan hanya di kenal namanya belaka. Karya karya puisinya juga seharusnya dikenal. Bahkan semangat yang berkobar dalam puisi puisinya juga seharusnya bukan hanya untuk acara tujuh belasan belaka. 

Seorang pemberontak. Iya, benar. Bukan hanya dalam kehidupannya tapi juga dalam penulisan puisi puisinya. Anggaplah jika dibandingkan dengan puisi puisi yang lahir di era Pujangga Baru. Di era Pujangga Baru puisi masih begitu mendayu dayu. 

Chairil memberontak. Puisinya begitu individual. Ekpresif. Mungkin karena pada saat lahir, perjuangan negeri ini juga sedang dalam kobaran yang paling membara. 

Chairil itu binatang jalang. Dari kumpulan nya terbuang. Tidak mau tunduk pada kumpulan. Chairil itu aku. 

Tanggal kematian Chairil Anwar pernah diperingati sebagai hari Sastra. Tapi pada saat partai Komunis jaya dengan Lekranya, partai itu menghajar Chairil hingga hari kematian Chairil pun tak lagi diperingati sebagai hari Sastra. 

Muncul lagi penahbisan hari lahir Chairil sebagai hari Puisi.  Beberapa waktu lalu diperingati di Taman Ismail Marzuki. 

Hidupnya tak lama. Hanya 27 tahun. Sebagai binatang jalang itu harus menyerah pada malaikat maut yang menjemputnya. 

Walaupun usia nya tak panjang. Tapi, pengaruh Chairil dalam penulisan puisi masih terasa hingga sekarang. Bahkan Sutarji yang mencoba membebaskan kata dari beban makna pun seakan lenyap di hadapan pengaruh puisi manusia Medan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun