"Kambing Kang Sarmin mati lagi. Semalam. Bukan cuma satu, tapi dua, " kata Sadeli dengan memendam perasaan ngeri.Â
"Berarti nanti malam akan ada yang mati lagi? " tanya Sarno.Â
"Iya. Kecuali kita ramai-ramai ronda. "
Dan malam itu kami langsung mengadakan ronda malam. Dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok menjadi sudut kampung yang secara perhitungan akan dilewati makhluk itu.Â
"Sepertinya mereka hanya ingin memberitahu kita saja. Karena daging kambingnya ditinggal begitu saja. "
"Benar. Kalau alasan nya kelaparan, pasti dihabiskan tuh kambing. "
Mungkin kalian belum tahu cerita tentang kampung kami. Kampung kami berbatasan dengan hutan yang terkenal angker. Tak ada yang berani dan berhasil masuk ke hutan itu.Â
Setiap ada yang nekad masuk hutan larangan, dapat dipastikan tak akan bisa pulang ke rumahnya dalam kondisi hidup. Seperti yang dialami Sabari. Dia ditemukan sudah dalam kondisi membusuk di dekat perbatasan hutan larangan. Kata istrinya, sabari memang bermaksud masuk hutan larangan karena katanya di dalam hutan larangan ada emasnya.Â
Anak anak kampung selalu patuh pada setiap kata orang tuanya tentang larangan memasuki hutan larangan. Jangan kan masuk, melihat perbatasan n nya saja sudah bikin bulu kuduk berdiri semua.Â
Paginya tak ada berita kambing mati. Mungkin penguasa hutan larangan tahu jika semalam kami semua berjaga di setiap sudut kampung.Â