Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kamdi dan Teror Janda Rumah Sebelah

27 Februari 2021   09:07 Diperbarui: 27 Februari 2021   09:12 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah tangga Kamdi sudah memasuki usia lima tahun. Usia, yang menurut beberapa orang tua di kampung, sebagai usia kritis sebuah perkawinan. Artinya, jika sebuah keluarga mampu melewati usia tersebut, maka akan menjadi keluarga sakinah selamanya.

Kamdi selalu bersyukur memiliki istri yang setia. Seorang perempuan yang selalu menghadirkan aroma kopi di pagi hari sehingga setiap pagi menjadi pagi yang selalu indah untuk Kamdi. Jangan tanyakan apa sebelum kopi. Nanti tulisan ini akan salah jalan.

Persoalan momongan yang belum bisa hadir di tengah mereka, tak pernah juga menjadi problem. Mereka berdua semakin kuat semangat untuk dinilai pantas mendapat amanah momongan. Kehangatan terus baru setiap matahari muncul di ufuk timur.

Kehidupan di perkampungan selalu ramai. Tak ada sepi sepinya. Kadang sampai malam masih ada yang gentayangan. Nyari tikuslah. Lek lekan bola lah. Dan aneka kegiatan lainnya.

Sebulan yang lalu, tempat kos Bu Komar dihuni oleh orang baru. Seorang perempuan. Sepertinya dia pegawai di kantor. Setiap pagi berangkat dengan dandanan rapi dan wangi.

"Baru? "

"Iya."

"Janda."

Potongan dialog itu begitu saja menghampiri telinga Kamdi. Dan entah kenapa menjadi begitu beda ketika mendengar dialog itu. Mungkin ada setan yang sedang bekerja pelan pelan. Kamdi belum begitu menyadari.

Dan di suatu sore. Ketika Kamdi lewat di depan kos kosan itu, perempuan itu meminta tolong untuk memasangkan lampu kamarnya yang mendadak meninggal, katanya. Ada rasa enggan. Tapi memang hanya dia yang waktu itu ada di situ dan bisa dimintain tolong. Masa tak mau?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun