Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Umar Bin Khattab Menolak Salat di Gereja

14 Juli 2020   06:18 Diperbarui: 14 Juli 2020   06:06 2337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Erdogan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid, saya teringat cerita yang sangat membekas dalam di benak saya tentang salah satu sahabat Nabi bernama Umar bin Khattab. Cerita ini sudah lama di cerita kan oleh guru Sejarah Islam saya, waktu saya masih sekolah di MTs di sebuah Kampung kecil di Moga, Pemalang.

Ketika pemerintahan Islam di bawah Amirul Mukminin Umar bin Khattab, pasukan Islam yang dipimpin Abu Ubaidah berhasil mengepung kota Yerusalem. Ini terjadi sekitar tahun 636 Masehi. Kota Yerusalem waktu itu masih dikuasai oleh Romawi. 

Orang yang dipercaya sebagai pemimpin di kota Yerusalem adalah seorang uskup bernama Sophronius.  Uskup Sophronius ingin menyerahkan kunci gerbang kota Yerusalem langsung kepada pemimpin Islam langsung yaitu Umar bin Khattab. Ini terjadi pada tahun 637 Masehi.  

Mendengar bahwa uskup pemimpin kota Yerusalem hanya mau menyerahkan kunci gerbang kota kepada beliau, Umar pun bergegas pergi ke Yerusalem. Umar bin Khattab pergi ke kota Yerusalem dengan seekor unta. Ditemani seorang hamba yang sudah dimerdekakan bernama Aslam. 

Karena unta yang dibawa hanya satu, maka orang yang menaiki unta harus bergantian.  Pada saat memasuki kota Yerusalem, kebetulan giliran Aslam yang menaiki unta sedang Umar giliran menuntunnya.  Sehingga orang orang di kota Yerusalem pun menghormat kepada laki-laki yang ada film atas unta, sebelum akhirnya diberitahu bahwa pemimpin umat Islam yang bernama Umar bin Khattab adalah laki-laki kekar yang menuntun unta. 

Setelah menerima kunci gerbang kota Yerusalem, Uskup Sophronius mengajak Umar berkeliling kota Yerusalem. Sampai akhirnya, mereka ke gereja Church of The Holy Sepulchre atau Gereja Makam Kudus. Sebuah gereja yang disakralkan oleh umat Kristiani karena diyakini di gereja tersebutlah tempat Yesus disalibkan dan dibangkitkan. 

Ketika berada di Gereja Makam Kudus tersebut, bertepatan pula dengan hadirnya waktu salat Zuhur.  Sahdan, menurut cerita guruku, Uskup Sophronius pun mempersilahkan Umar bin Khattab untuk melaksanakan salat Zuhur di dalam gereja. 

Tapi, apa yang dilakukan Umar bin Khattab? 

Umar bin Khattab menolak.  Umar minta ditunjukkan lokasi Kuil Sulaiman atau Kuil Herod.  Setelah dibersihkan dari puing-puing, di situ lah Sang Amirul Mukminin menunaikan salat Zuhur nya. Dan ada yang berpendapat bahwa di tempat Umar bin Khattab salat Zuhur itulah yang kemudian dibangun Masjid Umar oleh Sultan Alauddin Afdal yaitu putra dari pahlawan terkenal Salahuddin Al Ayyubi pada sekitar tahun 1193.

Mengapa Umar bin Khattab tidak mau menunaikan salat Zuhur di dalam Gereja Makam Kudus? 

Menurut guruku, Umar bin Khattab khawatir jika orang orang Islam nantinya akan menduduki gereja itu dan menjadikannya sebagai Masjid. 

Umar bin Khattab adalah orang paling tegas. Julukan beliau adalah Al Faruq.  Umar tak segan segan menghunus pedang demi kebenaran.

Bahkan, iblis pun akan mencari jalan lain, jika di jalan yang sama sedang berjalan Umar. Ini, menunjukkan bahwa Umar bin Khattab memang manusia tanpa kompromi. 

Akan tetapi, sebagai seorang kholifah, walaupun beliau lebih suka dipanggil sebagai Amirul Mukminin, ternyata kasih sayang hati nya sangat halus.  Semua warga atau umat di daerah kekuasaannya adalah tanggu jawab nya. Sehingga terkenal perkataannya beliau yang merasa akan ditanya oleh Allah jika ada unta yang terperosok di Irak karena kelalaian beliau sebagai pemimpin. 

Dengan umat agama lain pun beliau tak ingin menyakiti hatinya. Tempat ibadah umat lain juga harus dilindungi jika itu berada di dalam daerah kekuasaannya. 

Cerita ini mendadak mendesak desak ingatan saya saat saya membaca berita bahwa Hagia Sophia kembali dijadikan Mesjid.  Hagia Sophia sendiri aslinya bangunan gereja di zaman Romawi. 

Kenapa Erdogan tidak mau belajar dari orang hebat seperti Umar bin Khattab? 

Semoga generasi muda semakin rajin belajar sejarah. Sejarah dari manusia manusia pilihan yang beragama dengan nuraninya yang paling dalam. Tidak menjadikan agama hanya sebagai komoditas politik belaka. 

Agama diturunkan untuk semakin memanusiakan manusia.  Bukan untuk dipolitisasi menjadi jembatan menuju kekuasaan. 

Semoga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun