Kaji Jamal. Orang di kampungku tak pernah menyebut haji. Selalu menjadi kaji. Haji Jamal menjadi Kaji Jamal.Â
Namanya kaji berarti sudah pernah ke Makkah dan Madinah. Bedanya dengan kaji kaji lain di kampungku, Kaji Jamal tak pernah mau memakai peci kaji. Kaji Jamal setia dengan kopiah hitam yang sudah keabu-abuan karena usianya mungkin hampir sama sama dengan usia anaknya yang kelas 2 SMA.Â
Ketika Kaji Jafar pulang ibadah haji dan menghadiahi Kaji Jamal Peci putih yang dilihat dari penampakan harga nya pasti di atas rata rata saja, tetap saja peci hadiah itu disimpan Kaji Jamal dengan rapi di lemarinya.Â
"Memang orang yang tawadlu, " kata Umar tetangga Kaji Jamal yang sudah bolak balik keluar pesantren.Â
"Sepertinya, beliau merupakan salah satu waliyullah di bumi ini, " tambah Hafiz yang belakangan suka buka video tutorial menjadi seorang sufi sejati.Â
Dan semua orang di kampung itu memang sangat menghormati Kaji Jamal. Â Setiap ketemu, hampir semua anak akan bersalim sebagai rasa hormat mereka.Â
Tapi sayang, kopiah Kaji Jamal hilang tadi pagi. Ketika hendak mengambil wudlu untuk solat Subuh, Kaji Jamal meletakkan kopiah di dekat neduh. Ketika Kaji Jamal selesai wudlu dan hendak mengambil kopiahnya, ternyata kopiahnya sudah tak lagi berada di tempat dia menaruhnya tadi.Â
Akhirnya, Kaji Jamal mengimami solat Subuh tanpa menggunakan kopiah kesenangannya itu. Dan biasa saja. Tak terjadi apa apa.Â
Hanya saja, setelah satu minggu dari hilangnya kopiah itu, Kaji Jamal sakit. Badannya menggigil kedinginan tapi dia ketika dipegang badannya terasa panas.Â