Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membungkam Mereka yang Kritis, Mencermati Sosok William Aditya Sarana

6 November 2019   15:29 Diperbarui: 6 November 2019   15:30 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto karya Ryana Aditiya. Kompas.com

Hanya bisa mangkel.  Hanya bisa marah-marah di warung kopi.  Saat melihat perselingkuhan di gedung-gedung peruh aroma wangi kentut itu.  DPR dan DPRD harusnya mengawasi.  Harusnya mereka bicara.  Bukan diam.  Bukan menyanyikan koor lagu setuju.

Harmoni di negeri ini selalu disalah artikan.  Harmoni diartikan sebagai pembungkaman siapa pun yang selalu bermaksud kritis.  Kritis adalah sikap tak terpuji.  Hindari kritik dan jaga harmoni.

Siapa yang selalu bicara harmoni?  Biasanya mereka yang suka diam-diam mencuri.  Ketika ketahuan, tak boleh teriak.  Karena teriak akan menimbulkan kegaduhan. Karena kegaduhan bukan budaya kita.  Budaya kita adalah harmoni.  Dan setiap ada pencurian kita harus menegurnya diam-diam, hingga si pencuri kemudian hijrah menjadi ustad yang punya kunci surgawi.

Sudah sejak zaman Orde Lama, Orde Baru, hingga kini Orde Reformasi.  Selalu banyak yang tidak suka pada orang-orang yang bersikap kritis.  Sikap kritis sering dianggap sebagai penghalang revolusi di masa Orde Lama,  sebagai penghalang pembangunan di masa Orde Baru, dan entah sekarang dianggap sebagai apa.  Yang jelas, semua mereka yang sudah duduk di kursi mapan, pasti akan menentang sikap kritis.  Karena sikap kritis akan membongkar setiap inci kebohongan yang telah diselipkan di setiap sisi perjalanan hidupnya.

Wlliam Aditya Sarana, seorang anak muda dari partai baru nankecil PSI, tiba-tiba menyuarakan kecurangan yang selama ini disimpan rapi di meja para pemuka ibukota. 

Selama ini mereka yang selalu menjaga harmoni tersentak kaget karena ditelanjangi anak kemarin sore.  Semua terkaget-kaget.  Semua terpana.  Kok bisa, mereka terang-terangan berbuat curang?

Pasca kaget muncullah tindakan-tindakan perlawanan.  Sikap kritis harus segera dibungkam.  Dan mereka tentu bekerja berombongan seperti selama ini dilakukan dalam simbol harmoni.  Pokoknya, harus segera, sebelum segala terbuka dan membuat merah muka mereka.  

Ada yang mencaci.  Ada yang ngomeli.  Ada yang menegur.  Dan ada yang membuat pengaduan.

Seperti anak-anak di sebuah kelas.  Ketika ada temannya yang bersikap kritis terhadap gurunya, maka gurunya cukup diam saja, karena kawan-kawan si anak kritis yang akan beramai-ramai menghakimi si teman yang kritis.  Walau teman-teman tahu jika si kritis bertindak benar.  Tapi, demi harmoni yang duimaknai salah mereka rela berbuat tak sesuai nurani sendiri.

Maka, ketika Nadiem menjadi seorang pembicara dalam sebuah acara budaya, ada seorang penanya yang menanyakan, "Apa yang akan dilakukan Nadiem saat ditunjuk menjadi seorang menteri pendidikan?"

Dengan penuh percaya diri, Nadiem mengatakan bahwa dia akan meningkat dan mengembangkan sikap kritis siswa.  Bukan konten yang akan diajarkan sebagai basis pembeljaran karena konten dihafal menjelang UN dan akan lupa besok pagi setelah UN usai dilaksanakan.

Dan sekarang Nadiem sudah menjadi menteri pendidikan.  Pasti cita-citanya itu akan dilaksanakan.  Peserta didik akan didorong bersikap kritis.  Tapi apakah orang-orang atau peserta didik sendiri siap bersikap kritis dan siap menghadapi sikap kritis peserta didik?  

Pernah ada berita seorang anak SMA tidak lulus ujian sekolah hanya karena dia berani mengkritik kebijakan sekolah.  Bukankah ini masih menjadi sebuah hal biasa dalam pendidikan dan masyarakat kita?

Dalam kehidupan yang dikatakan sebagai pasca kebenaran.  Orang lebih mempercayai apa yang diyakini dan akan mencari apa pun untuk bisa mendukung keyakinannya. Mereka akan menolak pendapat lain.  Mereka akan marah jika ada yang mengkritisi keyakinannya selama ini.  Lalu Nadiem menantang ini semua?

Kita harus optimis.  Dari pendidikanlah seharusnya sikap mengahrgai sikap kritis ditumbuhkan.  Sikap kritis tak boleh diharamkan.  Tak boleh dilarang.  Sikap kritis, seperti dicita-citakan Nadiem, harus dipupuk dan dijadikan modal menghadapi masa depan.  Hanya manusia-manusia kritis yang akan mampu melewati ketidakpastian di masa depan.

Kritis adalah budaya kita.  Kritis bukan melawan harmoni.  Kritik bukan pemuncul kegaduhan.  Kritis adalah kemampun melihat kebaikan masa depan dan kemungkinan-kemungkinan keburukan yang harus dihindarinya.

William Aditya Sarana adalah manusia baru yang harus kita dukung.  William haruisnya menjadi model generasi baru di DPRD atau DPR.  Sikap kritis tanpa kompromi terhadap kebobrokan dan kecurangan.  Dan mereka, anggota DPR dan DPRD memang dipilih untuk bilang tidak setuju terhadap kebohongan eksekutif.  Sebagai wakil rfakyat mengawasi uang-uang rakyat yang dikumpulkan lewat pajak. uang pajak harus dikelola untuk kesejahteraan rakyat, bukan dilipat dikantong-kantonmg celana para pejabat.

Siapa pun yang berani kritis harus dihormati.  hanya dengan sikap kritis kita menghindari keterbelengguan pada keterbelakangan.  Kita terobos tembok itu dengan sikap kritis.

Bangsa ini sudah waktu bangun.  Kritis.  Dan Kritis.  Dan kritis.  Pasti para maling akan pontang panting.  Pasti para cukong taka akan lagi berdiri mengangkang.  Pasti negeri ini akan lebih sejahtera.

William, kami mendukung sikap kritismu.  maju terus pantang mundur!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun