Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aki Sopyan

20 Januari 2019   18:22 Diperbarui: 20 Januari 2019   18:26 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aki aki biasa. 

Wajah keriput, rambut beruban, dan jalan yang mulai bungkuk,  sehingga harus menggunakan tongkat,  walaupun tidak selalu,  tapi dapat dikata sering,  terutama saat pagi saat aki Sopyan berangkat solat Subuh,  suara tongkat nya khas hingga menembus dinding rumah ku,  lalu menyusup pelan pelan ke dalam rongga telinga ku dan seakan akan berusaha keras membangun kanku untuk segera ikut solat Subuh karena sebentar lagi suara emak akan terdengar lebih nyaring dan membuat ku tak mungkin tetap  diam dalam nyaman kasur. 

Aki Sopyan bukan orang biasa. 

Dia pernah pergi dari kampung ini dan hidup mewah di kota karena dia berhasil menjadi seorang pengusaha dan merupakan satu satunya orang kampung ku yang selalu disebut hampir semua emak emak untuk memacu semangat anaknya yang ogah ogahan sekolah dan lebih senang main game, terutama saat mereka tak peduli waktu mengaji,  sehingga semua anak juga mengenal semua Aki Sopyan sebagai orang baik yang patut ditiru seperti sedang melihat sinetron saja,  padahal sinetron sekarang sudah sering dikeluhkan tak ada manfaat nya sama sekali. 

Aki Sopyan sekarang tinggal di sini,  di kampung tempat dia juga dulu dilahirkan,  tapi sekarang Aki hidup sendirian,  tak ada anak,  tak ada bini,  yang kata orang orang,  entah benar atau tidak,  tapi banyak yang percaya kalau Aki Sopyan tak punya anak dan bininya minggat sewaktu Aki jatuh melarat gara gara nyogok aparat demi memperoleh proyek pemda,  tapi keburu diendus KPK,  sehingga Aki harus mendekam di penjara. 

(Bersambung) 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun