Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pencuri Tuhan

13 September 2017   07:31 Diperbarui: 13 September 2017   08:30 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam seperti melambat.

Kamu masih belum tertidur.  Matamu masih terjaga.  Belum mau kompromi.  Dipaksapun malah semakin nggak bisa dipejamkan.  Kamu terus mencoba dan tak mau menyerah.

Seekor cicak muncul dari balik jam dinding.

Dia bengong agak lama.  Kamu tersenyum melihatnya.  Mungkin cicak itu juga sedang menyenyumimu.  Lalu, tiba tiba muncul cicak lain. Mengejar cicak pertama.  Tidak kena.  Cicak pertama lari masuk kembali ke dalam dinding.  Cicak kedua juga masuk ke balik jam dinding.  Lama kamu menunggu ciccak itu keluar lagi dari balik jam dinding.  Tapi tak keluar keluar juga.  Hanya suara cik cak nya yang kau dengan.

Mungkinkah sedang bercinta?

Kamu kembali ingat pacarmu yang selingkuh.  Kamu marah.  Kamu hampir saja bunuh diri.  Tapi kamu kemudian melangkah mundur.  Kamu yakin kalau bunuh diri bukan jalan terbaik menghilangkan rasa kecewa yang menumpuk dan rasa marah yang menggunung.  

Asiknya dua cicak itu.

Tak ada cicak ketiga yang mengganggunya.  Mereka mungkin sedang asyik berdua.  meluapkan segala rasa.  Lalu kamu tersenyum.  Merasa sebagai orang ketiga bagi dua ciciak yang tak berani muncul kembali.

Dan jam dinding itu sudah menunjuk nunjuk angka tiga.

Kamu bangun.  Kamu ingat kalau kamu tak sendiri.  Biarlah dia berkhianat.  Biarlah dia berlaku seperti itu.  Kamu merasa masih punya Tuhan. Tuhan yang tak pernah meninggalkannya.

Kamu ambil air wudlu.  Kamu curi Tuhan dari makhluk makhluk lain yang masih terlelap.

Dan kamu merasa nyaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun