Mohon tunggu...
M Iqbal M
M Iqbal M Mohon Tunggu... Seniman - Art Consciousness, Writter, and Design Illustrator.

Kontak saya di Instagram: @mochmad.iqbal.m

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

FENOMENA PENOKOHAN DALAM PERTEMANAN: Apakah Kita Harus Belajar Sendiri atau Sekedar Menuruti si Tokoh?.

19 Desember 2020   14:33 Diperbarui: 3 Januari 2021   19:03 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: M.Iqbal.M

“Peluk erat untuk kawan-kawan yang masih berada disamping ku. Yang masih mengetahui bahwa kita semua sebagai spesies remeh-temeh; yang dinamakan manusia, sesungguhnya tidaklah pernah mengetahui apa-apa. Sehingga membuat kita tetap berjabatan dalam kelenturan dan keketatan dinamika hidup yang saling berkelindan”. —M.Iqbal.M


ADA berbagai macam jenis manusia. Ada yang berwawasan dan ada yang kurang berwawasan. Oleh karenanya, ketika ada sebuah isu (baca: sebuah isu adalah sebuah rumor yang masih abu-abu/belum pasti kebenarannya) yang muncul di tengah hubungan pertemanan, setiap individu yang berada di lingkaran pertemanan itu akan berbeda-beda dalam memandang sebuah isu tersebut. Setiap individu memandang sesuai perspektif wawasan yang ia punya, dan disampaikan sesuai kemampuan berkomunikasinya sendiri pula.

Itulah yang menyebabkan sebuah isu tidak lagi berwarna abu-abu seperti di awal kemunculan isu tersebut. Dengan kata lain, sebuah isu tersebut telah diubah bentuknya sesuai kemampuan kacamata individu dalam melihat “tanda-tanda” yang melatarbelakangi isu tersebut. Isu tersebut sudah tidak lagi menjadi netral dan abu-abu, melainkan menjadi hitam atau putih, benar atau salah, sejauh kemampuan–bahkan–kebutuhan individu itu sendiri.

Misalnya ada sekelompok individu bernama Diki, Tono, Bagong, dan Paijo. Ketika ada isu buruk yang mencuat di dalam hubungan pertemanan, tentang individu bernama Diki (seorang individu yang berwawasan). Ternyata Tono, Bagong dan Paijo mempunyai perspektif yang hampir sama dalam melihat isu buruk tentang Diki tersebut.

Namun, sebenarnya si Tono dan Bagong masih kesulitan dalam melihat isu tersebut, lantaran isu tersebut berunsur terlalu filosofis atau bersifat enigmatis, yang artinya tidak mudah dipahami oleh orang pada umumnya/oleh orang yang kurang berwawasan seperti mereka berdua, maka mereka berdua terdorong untuk meminta konfirmasi kepada si Paijo dalam melihat isu tersebut; apakah isu buruk tersebut sungguh benar adanya atau tidak. Sebab mereka berdua mempercayai bahwa Paijo berwawasan lebih dari mereka berdua.

Terjadilah obrolan di belakang Diki (orang yang terkena isu buruk). Dan menurut Paijo, isu buruk tersebut benar adanya, maka Tono dan Bagong mempercayai pendapat Paijo itu sepenuhnya. Tanpa melakukan koreksi sendiri lagi secara mendalam, terperinci dan komprehensif.

Sampai dari sini, kita bisa melihat bahwa ada seorang Tokoh/Panutan di dalam hubungan pertemanan. Dan ada seorang budak yang hanya bisa mengekor/membebek kepada si Tokoh. Si budak tidak mau memperluas wawasannya sendiri agar dapat melihat serta mengoreksi suatu isu dari sudut pandangnya sendiri berdasarkan perspektif, kognisi, dan afeksi yang telah terbiasa dilatih dengan wawasan yang luas. Entah mungkin akibat tidak punya waktu untuk belajar, atau malas belajar.

Inilah hubungan pertemanan yang tidak sehat. Suatu hubungan pertemanan yang masih terdapat Tokoh dan Budak didalamnya. Dan hal semacam ini hanya akan menjauhkan setiap individu dari kebenaran yang asli.

Setiap individu sudah tercemari oleh hasutan-hasutan dari sudut pandang satu tokoh, yang entah tokoh itu sebenarnya memang jujur atau ada kepentingan lain yang ia rencanakan. Pada akhirnya individu-individu yang mudah percaya itu hanya dimanfaatkan oleh si tokoh tersebut. Itu artinya, individu-individu tersebut sudah kehilangan sisi kemanusiaannya dan berubah menjadi layaknya objek peliharaan si tokoh.

Sementara itu, nasib orang yang belum tentu buruk itu harus menanggung “cap buruk” yang disematkan oleh semua temannya (Tono, Bagong, Paijo) kepada dirinya, akibat teman-teman nya (Tono dan Bagong) yang kurang berwawasan dan menjadi budak penokohan dalam pertemanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun