Mohon tunggu...
Moch Alfa Alfiansyah
Moch Alfa Alfiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemuda sederhana, mahasiswa biasa saja. Menulis sesukanya.

Moch. Alfa Alfiansyah, pemuda sederhana, putra daerah Probolinggo berusia 21 tahun. Indeks Prestasi yang tinggi, sering memenangkan lomba menulis, beberapa karyanya telah dibukukan, serta aktif organisasi dan kegiatan lokal hingga internasional adalah capaiannya sebagai seorang mahasiswa S1 Ilmu Perpustakaan Universitas Negeri Malang. Dirinya juga merupakan pribadi yang religius, santai, dan suka bersosialisasi. Cita-citanya adalah menjadi seorang pustakawan yang ditunjangnya dengan karakter pekerja keras, softskil, dan hardskill yang mumpuni.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cafetaria Ilmu, Budayakan Literasi Sambil Mengais Rezeki

8 Februari 2021   09:27 Diperbarui: 8 Februari 2021   10:34 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen pribadi

Cafetaria Ilmu merupakan sebuah warung makanan ringan yang memadukan konsep kafe dan perpustakaan. Berlokasi 10 KM dari rumah saya, tepatnya di Perumahan Paskistaji Wetan RT 02 RW 7 Kota Probolinggo, Cafetaria Ilmu ini telah berdiri sejak lebih dari lima tahun yang lalu. Awalnya, ide untuk mengadatakan taman bacaan sederhana ini dibuat oleh Bu Nurul, ketua RT setempat. Inisiatif tersebut muncul karena keprihatinan beliau pada rendahnya budaya baca di masyarakat, ditambah lagi dengan background beliau yang juga merupakan seorang akademisi. Oleh karena itu, dengan usaha dan modal pribadi, lahirlah taman bacaan sederhana pada saat itu.

Perpustakaan mini ini telah beberapa kali berpindah tempat. Perpindahan ini dilakukan semata-mata demi mencari lokasi yang pas dan efektif untuk menarik minat masyarakat. Setelah berdiri di kediaman Bu RT, taman baca ini sempat dipindah ke beberapa rumah warga, sebelum akhirnya kini berada di kediaman Bapak Iqbal dan Ibu Titin. Nah, di tangan kedua sejoli inilah, taman baca yang awalnya hanya menyediakan buku, kini mereka padukan dengan konsep warung makanan ringan yang mereka miliki. Bu Titin menuturkan, ia dan suaminya secara sukarela menerima amanah dari Bu RT dan warga sekitar untuk menjaga dan mengaktifkan taman bacaan ini.

Meskipun lokasi taman bacaan ini terbilang sempit karena hanya berada di teras rumah, namun nyatanya perpaduan antara cafe dan perpustakaan ini bisa dikatakan berhasil. Ibu Titin mengatakan bahwa warga setempat khususnya anak kecil sering main-main ke rumahnya sambil membeli makanan dan membaca buku di sana. 

"Rame, mas. Biasanya kalo pas sore gitu, apalagi akhir pekan. Banyak dah anak-anak main ke sini. Biasanya beli-beli sambil baca-baca ini. Kalo orang dewasa udah jarang sih, kebanyakan anak kecil itu tadi. Kadang-kadang ada juga sih, ibu-ibu yang ke sini, kan kita juga punya banyak koleksi yang berhubungan sama ibu-ibu,gitu.." Ungkapnya ketika ditemui di kediamannya ada Sabtu, 21 November lalu.

Tak heran memang, jika taman baca satu ini bisa digemari banyak orang, khususnya anak-anak. Koleksi yang ada di sini terbilang cukup banyak, jumlahnya lebih dari 100 eksemplar yang jenisnya bervariasi, mulai dari novel, komik, majalah, buku pengetahuan umum, sejarah, keislaman, dll. Buku yang tersedia pun kondisinya masih sangat baik. Selain itu, taman bacaan ini juga mengadakan beberapa kegiatan lain, seperti bimbingan belajar pada anak-anak dan belajar membuat kerajinan dan mewarnai.

 Di samping itu, faktor lain yang membuat Cafetaria Ilmu ini aktif adalah makanan dan minuman yang dijual di sana sangat bervariasi dan murah meriah. Dalam daftar menu terdapat banyak makanan-minuman yang kekinian, seperti kebab, roti maryam, burger, sandwich, capcin, jasuke, dll. Semuanya dapat dibeli dengan kisaran harga lima ribu rupiah saja.

Menurut Om Iqbal (saya memanggil beliau demikian), taman bacaan ini bisa dikatakan buka 24 jam. "Ya pokoknya ada yang mau datang, ya kita buka. Pernah ada jam 10 malem itu pengunjung ke sini, ya gapapa kita layani aja."tuturnya. Meskipun demikian, jika dikaitkan dengan kondisi pandemi saat ini, intensitas kunjungan sangat menurun dan tidak seramai biasanya.

Kedepannya, Bu Titin dan Pak Iqbal berharap agar taman baca yang  mereka kelola dapat berkembang lebih baik. Mereka berharap agar koleksi yang disediakan dapat bertambah jumlahnya dan lebih bervariasi lagi, karena berdasarkan keterangan dari beliau berdua, kendala tebesar selama ini adalah bagaimana untuk mengembangkan koleksi yang ada. 

Sebenarnya, sudah beberapa kali mereka mencoba melakukan kerja sama dengan berbagai pihak di luar sana, sebut saja pemerintah daerah kota dan kecamatan serta sebuah sekolah di sekitar sana. Namun, nyatanya kerja sama itu hanya berlangsung beberapa waktu saja, sebelum akhirnya hilang tanpa kabar. Praktis, pengembangan koleksi yang mungkin dilakukan hanyalah dengan membeli koleksi secara mandiri dan berharap ada donatur yang menyumbang, baik berupa uang tunai maupun berupa buku secara fisik.

Dibalik itu semua, Pak Iqbal dan Bu Titin merasa senang dan bersyukur dengan apa yang telah mereka lakukan ini. Mereka senang karena dapat secara langsung membantu masyarakat sekitar untuk meningkatkan budaya literasi yang diselingi juga dengan usaha sampingan untuk mengais rezeki, ditambah lagi dengan warga sekitar yang sangat mendukung adanya taman baca tersebut. "Ya, Alhamdulillah mas. Untungnya selama ini gaada yang nolak, semua mendukung meskipun ga nyumbang apa-apa, soalnya ini kan termasuk dari program Kampung Tematik juga. Semoga kedepan lebih baik, lah. Tambah banyak koleksinya, tambah banyak orang yang suka baca di sini." Pungkas Pak Iqbal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun