Mohon tunggu...
Mobit Putro W.
Mobit Putro W. Mohon Tunggu... Dosen - Bergelut dengan bahasa

Hidup itu bukti sebuah kematian....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Benarkah Sekolah Kita Mengajarkan Korupsi?

18 Januari 2012   05:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:44 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Banyak orang Indonesia yang menggerutu ketika melihat perkembangan Indonesia pada umumnya. Menggerutu bukan karena dia tidak puas dengan kehidupan yang dijalani saat ini. Pun bukan gerutu karena tidak mendapatkan berbagai kesejahteraan yang memang seharusnya didapatkan sebagai rakyat Indonesia.

Sebetulnya kalau harapan pada pendiri bangsa ini yang berwujud undang-undang dasar (UUD) 1945 betul-betul menjadi landasan gerak para penyelenggara negara, rakyat akan sejahtera. Karena selain rakyat bekerja atas nama diri dan keluarganya, mereka juga akan menikmati kemudahan-kemudahannya sebagai warga negara. Dan hak-hak kita sudah dipikirkan secara mendalam oleh para pahlawan yang telah mendahului kita.

Kita sebagai rakyat memiliki kewajiban untuk bekerja untuk menghidupi diri dan keluarga. Sebagai warga masyarakat dan negara pun akan banyak perlakuan-perlakuan dan mungkin subsidi-subsidi dari negara sebagai lembaga pemerintahan yang diamanati oleh undang-undang dasar (UUD) 1945.

Harapan-harapan rakyat pada hari ini memang sekedar harapan. Kita akan mencari pekerjaan sudah tersumbat oleh sistem yang tidak lagi berdiri di atas aturan. Perjalanan pemerintah saat ini juga dijalankan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab alias mereka para pencari duit yang tidak saja yang halal, namun yang haram pun sudah direncanakan untuk diraihnya.

Subsidi untuk kesejahteraan rakyat miskin terus direduksi oleh para penguasa dan diarahkan masuk ke kantong-kantong pribadi, keluarga, sahabat dan para koleganya. Orang-orang kaya banyak yang masih merasa miskin, sehingga mereka harus tertatih untuk menjalani hidup ala orang haus materi dan jabatan.

Lihat saja data terkini tentang kasus-kasus korupsi misal saja kasus Bank Century yang menelan uang rakyat yang bernilai Rp 6,7 triliun, wisma atlit Rp191 miliar, Hambalang Rp 1,2 triliun, cek pesawat Rp 24 miliar. Jumlah ini hanya jumlah kecil yang saat ini belum selesai kasusnya dan masih terus berjalan. Kita juga tahu berdasarkan informasi koran atau berita-berita tentang nama-nama yang sering muncul. Pastinya mereka adalah orang-orang yang pernah mengenyam pendidikan di Indonesia atau bahkan malah alumni luar negeri.

Kita sebagai rakyat mungkin tidak dapat membayangkan seberapa banyak rumah, ketika angka-angka itu dinikmati oleh rakyat kecil. Juga, berapa juta rakyat miskin dapat membangun usahanya dan tidak melibatkan apalagi harus menjadi peminta-minta dalam membangun hidupnya. Tentu angka-angka itu angka yang spektakuler untuk rakyat seperti kita semua.

Namun, apakah kita pernah berpikir bahwa pelaku korupsi ini adalah orang-orang terhormat, terdidik dan sudah kaya. Pun pernahkah kita berpikir bahwa banyak dari mereka yang berpendidikan tinggi dan alumni perguruan tinggi terkemuka.

Kita semuanya (pembaca tulisan ini) haqqul yakin bahwa mereka bukan orang yang "bodoh" karena banyak sarjana, master atau pun doktor dari perguruan tinggi negeri yang memang sudah berkualitas.

Tentu tulisan ini bukan bermaksud menyudutkan perguruan tinggi atau sekolah-sekolah dimana mereka menuntut ilmu. Tulisan ini hanya mengajar kita semua untuk berpikir linier, untuk menemukan benang merah dari kaitan-kaitan itu.

Toh kita semua juga yakin, masih banyak alumni-alumni dari perguruan itu yang menjadi orang benar, jujur, bertanggung jawab, cinta bangsa dan negara, cinta istri dan keluarga, mencari rezeki hanya dengan yang halal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun