Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dan Realitas Kita adalah Ilusi?

22 Agustus 2021   18:32 Diperbarui: 22 Agustus 2021   18:39 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: fashionista.com

Antariksawan menemukan rotasi bumi terus melambat, tidak seperti bumi muda yang rotasinya hanya beberapa jam. Sebaliknya realitas dan pengetahuan kita terdorong semakin cepat. Banyak temuan-temuan baru yang mengubah cara pandang manusia terhadap realitas.

Yang dulu tampak mengada-ada, sekarang sudah menemukan pembuktiannya, seperti bagian belakang black hole yang pernah disebut Einstein, atau empat teori aneh Hawking yang terbukti benar.

Dulu sains dan ilusi bercampur aduk. Seperti kata Thor dari Asgard, di planet mereka tidak ada bedanya antara sihir dengan sains. Saat ini apa yang dulu dianggap melampaui fisika (metafisika), beberapa darinya sekarang adalah fisika itu sendiri. Telah ada pemisahan tegas antara astrologi dengan astronomi, misalnya.

Di luar itu ada satu pertanyaan yang tak pernah terjawab, dan dilupakan begitu saja (taken for granted). Pertanyaan ini adalah tentang apakah setiap gerak kita telah ditentukan atau bersifat acak? Tentang teori deteminisme dan kehendak bebas (free will), apakah takdir bekerja sempurna atau sebagian? Apakah takdir dan keacakan tidak saling membentur?

Dulu determinisme yang sempat popular di zaman helenistik dianggap ketinggalan zaman. Penganut stoa menggunakan metode pasrah terhadap realitas, serta menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan. Akibatnya dunia tidak bergerak. Fase ini disebut abad-abad kegelapan.

Para tiran pula memakai cara ini, untuk memetakan kasta dan menetapkan status budak pada jelata, serta mengangkat dirinya sendiri sebagai wakil Tuhan di bumi.

Humanisme kemudian muncul bersama renaisans. Para eksistensialis bangkit untuk meneguhkan kemanusiaan kita.

Tapi belakangan muncul para saintis yang memihak teori kuno deterministik itu, serta membelakangi panji-panji eksistensialisme. Manusia tidak eksis berdasarkan realitas yang mereka pikirkan.

Para determinis menyebut kita telah dan sedang dalam pengendalian penuh Tuhan, dan para sekuleris ultra modern, misalkan Bostrom dari Oxford, Terrile dari NASA, dan Elon Musk pemilik Space X, punya landasan logis untuk mengatakan bahwa kita sedang berada dalam dunia simulasi di bawah pengawasan entitas superior di luar sana. Lalu oleh para saintis, kehendak bebas dianggap sebagai ilusi.

Sebagian saintis modern mau tidak mau telah membenarkan argumen klasik tentang keteraturan gerak alam. Tidak ada yang acak dan kebetulan. Tuhan (atau entitas superior yang mereka persepsikan) telah menulis dan mengendalikan kita. Tidak satu pun daun jatuh tanpa diketahui oleh-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun