Dunia pernah hidup di zaman filsafat menuju tatanan ideal, sampai para tiran mengusirnya dan membuat dunia rusak selama 200 abad. Sebut saja ketika raja Persia Xerxes menyerang Athena, menghancurkan ribuan buku dan pusat berpikir Acropolis atau ketika Alexander Agung menepikan fisafat Aristoteles gurunya, lalu melancarkan penaklukan di mana-mana.
Bila filsafat tidak disumbat dalam mengatur negara, semestinya semua akan berjalan ideal. Filsafat adalah pemahaman tentang kenyataan yang diperoleh secara logis, kritis, rasional, ontologis dan sistematis.Â
Filsafat tidak pernah ingin selesai. Ia bersifat terbuka, dan selalu berakhir dengan pertanyaan baru. Ia bagaikan pengembara intelektual yang tak pernah berhenti. Mestinya ilmu politik sebagai anak kandung filsafat dapat segaris dengannya.
Dalam cara pandang filsafat Trias Politika, pemimpin eksekutif bukanlah sesembahan atau didudukkan lebih tinggi dari lembaga negara lainnya. Mereka berdiri sejajar dan sama kuat, untuk saling bersinergi membangun negeri ini serta menjaga kehendak rakyat yang sudah menggaji mereka. Â
Bukan saling membahu untuk tujuan-tujuan politik kekuasaan yang sepele. Kita juga punya MPR sebagai lembaga tertinggi negara, sayangnya mereka terlalu rendah diri dan kurang pandai bersyukur. Politik adalah pilihan antara yang lebih rendah dari dua kejahatan kata George Orwell, Penulis Inggris. ~MNT