Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Bangsa dalam Metafora Metamorfosis Belalang

26 Juli 2018   12:37 Diperbarui: 25 Agustus 2018   19:58 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: http://sorop.li

Zaman kolonial pernah menjejaskan kita menjadi seperti Nimfa. Nimfa yang tak sanggup bercita-cita. Dalam hierarki Maslow, Nimfa tersekat pada pemenuhan kebutuhan dasar untuk semata bertahan hidup.

Serangga muda ini hanya makan dan mengambil sebatas perut, dari rimbunan dedaunan sumber daya kelimpahan.

Bagaimana ini menjadi serupa kutukan. Hampir tidak ada bangsa di dunia yang dilimpahi kekayaan alam, berangkat menjadi bangsa yang maju. 

Negara - negara maju merangkum sejarah kemerosotan, kekeringan dan tanah yang miskin. Mereka segera menjalin benang - benang penderitaan dan melepas kulit terakhir yang mereka punya untuk membentuk kepompong. Mereka dulunya bahkan hanya larva buruk rupa.

Sedangkan Nimfa yang hidup di alam kaya lagi terjajah, alfa untuk menjadi kepompong. Begitu lahapnya makan sebatas makan, sisanya penuh-penuh dipersembahkan kepada bangsa-bangsa maju yang dahulu kala disebut kolonial. 

Kini ketika zaman kemuraman sudah usai dan penjajahan bersalin muka, kita pun bermetamorfosis. Tapi metamorfosis itu tak sempurna, alih-alih menjadi kupu-kupu yang indah (baca: negara maju), kita hanya belalang dari siklus belalang muda yang disebut Nimfa. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya.

Jika kupu-kupu dengan sayapnya yang kokoh indah bukan buatan, beberapa sayap belalang bahkan tak bisa digunakan untuk terbang. Kabar baiknya-atau kabar buruknya-belalang punya sumber protein tinggi. 

Mereka ditangkap senja-senja, lalu akan ada dua pilihan: dimakan mentah atau dimasak. Pada pasar makanan China, misalnya pasar malam Donghuamen, masakan belalang disajikan menggunakan tusuk sate.

****

Sepanjang metamorfosis di dalam kepompong atau pupa, para larva berpuasa dan berkontemplasi. Di sana nation building terbentuk. Mereka melakukan perubahan radikal dari bangsa peratap menjadi bangsa tangguh segala-gala. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun