Mohon tunggu...
Cerpen

Perjuangan Menginjak Tanah Kampus Negeri

18 September 2017   20:28 Diperbarui: 18 September 2017   20:31 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat menginjak semester 2 di SMA, aku dan teman - temanku mulai disibukkan mengurus dan mempersiapkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Awalnya, aku belum mengetahui apa itu SNMPTN, PMDK - PN, SPAN - PTKIN, dll. Tetapi, setelah aku lebih sering ke ruang BK untuk konsultasi, akhirnya aku mengetahui apa itu jalur pendaftaran.

Untuk jalur SNMPTN, aku memilih UB dan UNESA. Jalur PMDK - PN, aku memilih PENS dan PPNS. Dan jalur SPAN - PTKIN, aku memilih UINSA dan UIN di Malang. Saat pengumuman jalur SNMPTN, ternyata aku dinyatakan tidak lolos, walau ada rasa sedih, aku tidak putus asa untuk selalu berdo'a. Saat pengumuman jalur PMDK - PN, ternyata aku pun dinyatakan tidak lolos.

Jiwa yang awalnya semangat untuk kuliah, sedikit demi sedikit turun dan tidak semangat lagi. Tetapi, aku tetap tidak putus asa, aku tetap berdo'a pada Tuhan untuk diberi kekuatan agar tidak mudah putus asa. Dan Alhamdulillah, pada saat pengumuman jalur SPAN - PTKIN, aku dinyatakan lolos di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Perasaan yang mencampur menjadi satu, antara senang dan sedih. Sungguh, terdapat satu kebanggan tersendiri saat diterima di UIN Sunan Ampel Surabaya. Tetapi juga terdapat satu kesedihan.Senang yang dikarenakan aku telah mendapat jalan untuk melanjutkan pendidikan, sedih karena pendidikan yang kudapat berlatar belakang Islam, sedangkan Islam yang kumiliki sangat dibawah rata - rata sehingga muncul apa itu yang dinamakan minder.

Tetapi, semangat mendapat S1 tetap meningkat, sehingga mucul suatu tekad untuk mendapat S1. Dikarenakan mendapat dorongan dari orang sekitar, semangat lebih semangat terus kurasakan. Dan hingga saat ini, tetap masih ada senang dan sedih yang kurasakan saat aku menempuh S1 ini. "Sesakit - sakitnya sakit yang kau rasakan, masih lebih sakit apa yang dirasakan ibumu ketika merawatmu". Jadi, jangan pernah mengeluh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun