Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Waisak, Terorisme dan Pesan Damai

26 Mei 2018   13:27 Diperbarui: 26 Mei 2018   13:31 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Foto: www.kompas.com)

Tanggal 29 Mei 2018 meurpakan hari agung bagi umat Buddha seluruh di dunia. Bagi Indonesia, hari Waisak akan menjadi ajang promosi dalam ranah internasional untuk menunjukkan kepada dunia negeri khatulistiwa ini sungguh aman dari gerakan-gerakan teror, seperti yang terjadi belakangan ini.

Sebagaimnana dilansir berbagai media, dalam pelaksanaan hari Waisak 2018 ini, yang akan berlangsung pukul 21.19, tepat pada saat purnamasidi pertama, benar-benar mendapatkan perhatian dan pengamanan. Misalnya, perayaan waisak akan dijaga tidak kurang dari 1.617 personel dalam pengamanan rangkaian Trisuci Waisak. Sebab, keamanan dalam pelaksanaan Waisak ini juga akan menjadi tolok ukur pulihnya keamanan di negeri ini.

Trisuci Waisak

Penyebutan Trisuci Waisak, karena dalam rangkaian acaranya ada tiga peristiwa besar bagi umat Buddha dalam proses ini, yaitu lahirnya Pangeran Sidhharta di Taman Lumbini, tepatnya di vihara Maryadevi yang ada dalam kompleks Taman Lumbini. Peristiwa ini terjadi pada tahun 623 S.M. Taman Lumbini terletak di Nepal, di kaki gunung Himalaya, di sebelah timur Kapilavastu, kota kerajaan tempat Pangeran Siddharta Gautama dibesarkan. 

Saat ini, dalam Taman Lumbini, yang juga sudag diakui sebagai peninggalan bersdejerah dunia oleh UNESCO, terdapat vihara Mayadevi, pilar Asoka, bekas vihara, pohon suci Bodhi, dan bekas kolam mandi suci Puskarini, tempat Pangeran Siddharta pertama kali dimandikan setelah kelahirannya.

Peristiwa suci kedua yang diperingati dalam rangkaian Waisak, mencapainya Pangeran Siddharta pada posisi Penerangan Agung. Pada peristiwa ini, Pangeran Siddharta menjadi Buddha di Bodh Gaya, merupakan nama kota, yang berada di sekitar pohon bodhi. Kota ini merupakan tempat suci umat Buddha selain Taman Lumbini.

Peristiwa terakhir, peristiwa parinibbana Buddha Gautama atau wafatnya Buddha Gautama pada tahun 543 S.M, di antara sala kembar, di hutan sala milik kaum Malla di Kushinara. Menjelang pencapaian akhir ini, Sang Buddha menyampaikan kabar tentang empat tempat suci, Lumbini, tempat kelahiran Budha, Buddha Gaya, tempat mencapai Pencerahan Sempurna, Taman Rusa di Isipatana tempat Budha memutar roda Dhamma pertama kali, dan Kusinr, tempat Tathgata mencapai Parinibbna.

Sebaimana yang berjalan selama ini, dalam rangkaian acara Waisak dilakukan prosesi pengambilan air berkat di Umbul Jumprit Temanggung dan penyalaan obor dari sumber api abadi Mrapen dki Grobogan. Setelah akan ada acara Pindapatta, suatu ritual masyarakt memberikan dana makanan kepada para bhikkhu, sebagai kesempatan melakukan kebajikan, dan samadi suci pada sat menjelang bulan purnama penuh.

Larangan-larangan

Tindakan-tindakan yang dilarang bagi umat Buddha dalam kehidupannya, sebagai praktik menaati peraturan moral Budha yang disebut Pancasila Buddhis, menghindari pembunuhan makhluk hidup, mencuri, berbuat asusila, berbohong dan mabuk-mabukkan. Umat Buddha juga menebarkan cinta dan kasih sesama, misalnya, membantu fakir-miskin, melepas hewan, penghargaan terhadap lingkungan, dan melakukan perenungan baik dan buruk terhadap perbuatannya.

Prinsip-prinsip larangan dan perintah inilah yang bisa menjadi pijakan dan semangat umat Budha melakukan penolakan terhadap berbagai tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan, seperti tindakan teror dengan cara menebar ketakutan melalui penghancuran dengan bom bunuh diri, melawan berbagai tindakan kekerasan seksual, dan pengabaian terhadap kelompok-kelompok marginal, mereka yang dilemahkan dan dimiskinkan.

Indonesia Damai

Perayaan Waisak tahun 2018 merupakan momentum strategis bagi Umat Buddha untuk menunjukkan kepada dunia, Indonesia merupakan negeri damai dengan semua agama bisa hidup saling berdampingan dengan damai pula. Terjadinya peristiwa teror yang dilakukan kelompok-kelompok garis keras bukan tradisi yang disetujui oleh sebagian besar warga bangsa Indonesia.

Melalui perayaan Waisak pesan-pesan damai di negeri Indonesia bisa diserukan, dan sengan demikian, akan menjadi kontribusi besar umat Buddha kepada bangsa ini, yang saat ini sedang menghadapi berbagai tindakan yang merugikan dan hendak memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun