---
### **3. Prinsip Rasionalitas**
Pada masa modern yang penuh dengan kemajuan ilmu dan teknologi, dakwah perlu dijalankan dengan mengedepankan rasionalitas. Artinya, seorang dai harus mampu menjelaskan ajaran Islam secara logis, ilmiah, dan sesuai dengan konteks masyarakat yang dihadapinya. Dakwah tidak boleh semata-mata bersifat dogmatis atau emosional, tetapi juga harus menyentuh aspek intelektual dan rasional.
Prinsip rasionalitas mengajarkan bahwa keimanan dan akal dapat berjalan beriringan. Rasulullah SAW pun mengajarkan pentingnya berpikir dan merenungkan kebenaran wahyu. Dengan cara ini, dakwah dapat menjadi sarana pencerahan intelektual yang membangkitkan kesadaran dan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai Islam.
---
### **4. Prinsip Kearifan (Hikmah)**
Kearifan adalah unsur yang tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan dakwah. Seorang dai harus memiliki kemampuan untuk memahami kondisi sosial, budaya, dan psikologis masyarakatnya. Kearifan menuntut metode dakwah yang bijak, fleksibel, dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
Dalam Islam, hikmah diartikan sebagai kebijaksanaan yang lahir dari ketulusan dan pengetahuan. Dakwah yang penuh hikmah bukan hanya menegaskan kebenaran, tetapi juga mampu membangun jembatan antara nilai-nilai Islam dan budaya lokal. Prinsip ini juga menolak segala bentuk tafsir yang bias dan merendahkan manusia, termasuk diskriminasi terhadap perempuan. Dengan hikmah, dakwah menjadi sarana untuk menegakkan keadilan dan menghormati martabat setiap individu.
---
### **5. Prinsip Penegakan Etika**
Etika merupakan jiwa dari setiap aktivitas dakwah. Seorang dai tidak cukup hanya menyampaikan pesan kebenaran, tetapi juga harus melakukannya dengan cara yang lembut, sopan, dan penuh kasih sayang. Dalam Al-Qur'an (QS. Ali Imran: 159), Allah mencontohkan bahwa kelembutan hati dan musyawarah adalah kunci keberhasilan Rasulullah SAW dalam membimbing umatnya.