Mohon tunggu...
Mita Cornila
Mita Cornila Mohon Tunggu... Mahasiswa - murid

Bukan orang kreatif, tapi maksa terjun di dunia kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harapan Kecil si Gadis Kecil

30 Mei 2022   09:57 Diperbarui: 30 Mei 2022   10:11 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lisa Runnels from Pixabay.com

Jarum jam belum menunjukkan waktu akan petang, tetapi awanlah yang telah memberi gelap lebih dulu. Disusul rintik air yang menghujani segala hal yang ada di bawahnya. Membuat orang-orang yang tanpa pelindung itu berlari ketakutan. Tak terkecuali mereka yang mengaku pecinta hujan.Diantara orang-orang berlari meneduhkan diri, ada dua kakak beradik yang juga turut berlari. Sembari mendekap beberapa pack tisu, mereka memilih meneduh di depan sebuah mini market tak jauh dari lampu merah.Santi, mengusap air yang membasahi wajahnya. Sementara, Ical, sang kakak membantu membenahi rambut adiknya yang sedikit basah.


"Kalau kita pulangnya kemaleman nanti pasti dimarahin ibuk," ucap Santi sembari menatap kakaknya yang hanya memberi sebuah senyuman.


Mereka duduk melipat kaki sembari menatap hujan yang semakin deras. Mempertanyakan tentang kapan hujan ini akan berhenti.
Ical mendekap adiknya, sembari menghilangkan rasa takut akan apa yang terjadi setelah mereka kembali ke rumah nanti. Ibu pasti akan marah karena pulang kemalaman, bapak akan marah karena uang yang mereka dapat tidaklah banyak. Dan setelah itu kedua orang tua mereka akan bertengkar dihadapan mereka.

"Kak." Wajah gadis berusia tujuh tahun itu tampak memelas.

"Apa, dik?" Jawab Ical dengan lembut.

"Laper," sembari ia memegangi perutnya.

Ical melepaskan dekapannya. Dengan bernapas dalam ia mengeluarkan uang yang lusuh dari sakunya. Ia beranjak dan menuju pintu mini market.

Cess.

Kulit Ical merasakan dingin. Lebih dingin ketimbang hawa di luar tadi. Dia celingak-celinguk mencari rak tempat di mana makanan dapat ia beli dengan murah sekaligus mengenyangkan. Berjalan pelan sembari melihat-lihat. Langkahnya kini terhenti di rak yang menempatkan roti-roti. Memilih-milih roti sekaligus melihat daftar harganya. Kemudian kembali mengintip jumlah uang yang digenggamnya. Diambillah sebuah roti isi seharga empat ribuan. Dan bergegas ke kasir.

Ical mengantri di belakang seorang bapak-bapak yang tengah menggendong anak perempuannya. Kira-kira seumuran dengan adiknya.

Ical telah kembali keluar. Hawa yang dirasakan pun juga drastis mengalami perubahan, cenderung lebih hangat meski masih hujan.
"Nah ini, kakak beliin roti."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun