Mohon tunggu...
Vera Merisha
Vera Merisha Mohon Tunggu... Administrasi - INDONESIA

..Never think to be the best but always think to do the best in order to be the best..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mak Wati, Sang "Anggota DPR" Terlama

22 Mei 2013   19:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:10 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di saat orang-orang rebutan untuk masuk ke istana DPR yang penuh akan kemegahan dan kekuasaan, Mak Wati dengan mudahnya bisa masuk ke istana itu.

Di saat orang-orang sibuk berkampanye dan menampilkan pencitraan terbaik mereka untuk menghirup aroma segar istana DPR yang wangi akan tahta, Mak Wati dengan santainya menikmati setiap lantai istana itu.

Di saat orang-orang berlomba-lomba merajut prestasi bahkan sampai saling menjatuhkan sesama demi mempertahankan kedudukannya di istana DPR yang menawarkan berjuta bahkan bermilyar kenikmatan fana, Mak Wati sudah 29 tahun terakhir ini tak pernah beranjak dari istana itu.

Hebat bukan?

Ya, beliau adalah Mak Wati. Wanita berusia 61 tahun yang begitu luar biasa. Sosok istimewa yang tak pernah muluk-muluk berpikir tentang hidup. Tulus dan ikhlas menjalani hidup ini. Raga beliau yang tak lagi muda senantiasa dibalut senyum yang sangat manis telah mampu memikat Saya mala mini. Selepas menyaksikan tayangan “Hitam Putih” petang ini Saya begitu terinspirasi oleh sosok Mak Wati.

Beliau bukan anggota DPR dalam arti sesungguhnya namun beliau adalah bagian dari istana tersebut. Mak Wati bekerja setiap hari menjajakan gorengan dan makanan ringan di gedung DPR. Beliau hanyalah seorang lulusan SD yang berpikir maju bahwa pendidikan adalah segalanya. Anak-anak beliau harus lebih tinggi level pendidikan dan derajat kehidupannya daripada beliau. Sungguh potret kehidupan nyata yang jarang namun sangat menggugah hati.

Karir beliau berawal dari orang yang berjasa di bidang kebersihan atau “cleaning service” di gedung DPR. Setelah satu tahun, beliau naik pangkat karena ditawarkan untuk berdagang makanan di salah satu kantin yang ada di dalam gedung DPR. Namun karena usia yang semakin menua, beliau pun memilih berhenti bekerja di kantin dan mulai menjajakan gorengan dan makanan lainnya dari lantai ke lantai. Menurut penuturan beliau di “Hitam Putih”, setiap hari gorengan dan makanan yang dibawa itu Alhamdulillah habis dengan kisaran penghasilan 50 ribu-100 ribu perhari. Semua hanya demi kehidupan dan pendidikan anak-anak beliau. Luar biasaaa..

Di saat banyaknya orang tua yang memiliki kemampuan finansial di atas rata-rata, terkadang ada yang melupakan bahwa pendidikan itu penting. Sebagian dari mereka memanjakan anak-anaknya dengan harta dan pergaulan yang glamor. Jangankan pendidikan formal, pendidikan karakter yang seharusnya dimulai dari keluarga pun kadang diabaikan. Mungkin itu hanya sebagian kecil saja, namun itu benar adanya.

Kembali ke sosok Mak Wati. Beliau adalah wanita yang tangguh, berpikir maju dan tidak kolot, dan meninggikan peran pendidikan dalam kehidupan. Beliau memiliki lima orang anak yang semuanya besekolah dan siapa sangka si bungsu kini sedang menyelesaikan studi “double degree” nya di Jerman. Sebelumnya sang anak menuntut ilmu di UNJ jurusan pendidikan Bahasa Jerman tapi rejeki tak ada yang bisa menerka, sang anak bisa sekolah di Jerman untuk ikut program “double degree” jurusan Business Management oleh program beasiswa. Ini sungguh luar biasa. Kisah nyata yang begitu menampar kaum borju yang masih berpikir uang adalah segalanya. Kisah seorang tukang gorengan yang mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga pendidikan tinggi. Kisah Ibu dan istri tangguh yang menjunjung tinggi arti sebuah pendidikan. Satu hal yang sangat berkesan dari sosok Mak Wati, beliau selalu memandang pendidikan adalah segalanya dan kesempatan tak datang dua kali.

Kadang jika hanya menggunakan logika, kita berpikir bagaimana mungkin dengan penghasilan sebesar itu, seorang Ibu sanggup menyekolahkan semua anak beliau. Namun, ini nyata adanya. Doa orang tua yang tulus dengan niat baik untuk menyekolahkan anak-anaknya akan dijabah oleh Allah SWT. Rejeki selalu ada lewat berbagai cara. Entah itu dari penghasilan Ibu, penghasilan Ayah atau dari jalan yang lainnya. Yang jelas, selalu ada jalan untuk sebuah niat dan keinginan yang mulia. Hebat dan sungguh inspiratif sekali engkau, duhai Mak Wati.

Yakinlah, dengan pendidikan semua bisa diraih. Bukan hanya materi dan jabatan yang harus dikejar di dunia ini melainkan amal dan ilmu bermanfaat lah yang akan dibawa hingga ke liang lahat. Pendidikan tak hanya mampu mengangkat derajat keluarga melainkan mampu mengubah nasib seseorang. Sebuah kisah yang mengundang air mata haru bercucuran.

Tak ada yang tak mungkin dalam hidup ini. Bahkan seorang anak tukang gorengan pun berhak sekolah di Jerman. Seorang Ibu dan istri yang sederhana pun berhak memperoleh kebahagiaan lahir dan batin. Karena tak ada yang tak mungkin selagi kita percaya akan kebesaran Allah SWT. Dengan kemauan yang luar biasa kita semua pasti bisa menjadi luar biasa.

Hebatnya Mak Wati, sang penjaja gorengan di gedung DPR yang mampu menyekolahkan semua anak-anak beliau. Secara tak langsung beliau lah anggota DPR yang paling bertahan lama, hingga mencapai tahun ke 29. Woooow..

MizVe105Ra..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun