Mohon tunggu...
Dwi Purwanti
Dwi Purwanti Mohon Tunggu... lainnya -

Iseng is my state of art

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Antara Bunga dan Hidup

21 November 2013   11:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:51 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13850089021936927312

[caption id="" align="aligncenter" width="427" caption="Dok Pri (FB)"][/caption] Life is like flowers. They blossom, bloom and finally wither. Some bear fruits, some only  last a while. The only thing for sure is that flowers always give colors to the world, no matter short-lived they were. Mengamati bunga anggrek di depan kamar, membuatku berpikir; seperti biasa pikiran orang iseng tentu saja tak jauh-jauh dari keisengan. Aku tidak lagi berusaha menjadi pujangga atau apa, hanya menuangkan keisengan yang tak sengaja mampir lewat mata lalu nyetrum ke kepala. Bunga anggrek itu terlewat dari pengamatanku ketika aku baru datang. Setiap hari cuma aku lewati karena tidak ada yang istimewa selain serumpun batang anggrek yang tertempel di pohon rambutan. Sesekali aku meliriknya sih tapi hanya sekedar berpikir tentang bentuk daun dan batangnya yang mirip sekali dengan anggrek di pohon sirsak depan rumah di kampung sana. Tentu saja dengan kesoktauanku aku menebak kalau rumpun anggrek itu pasti bunganya sama dengan rumpun anggrek di kampungku. Lalu hujan mulai datang walau hanya rintik-rintik dan tidak rutin. Rumpun anggrek pun terlihat lebih segar dan sehat dari biasanya setelah hujan menyapa. Masih dengan keacuhanku, aku melewati rumpun anggrek tanpa memperhatikannya seperti biasa. Sekali, dua kali, tiga kali semuanya tampak sama. Selanjutnya ada sesuatu yang tertangkap di sudut mataku, apakah itu? Mari kita lanjutkan ceritanya di alinea berikutnya hahahahaha. Kuncup bunga mulai bermunculan di ketiak daun, tak besar karena baru tumbuh, saking kecilnya bahkan belum tampak bentuk kuncupnya seperti apa. Iseng-iseng aku mendekat, mengamati dari berbagai sudut, dengan berbagai posisi konyolku dari jongkok, setengah berdiri, berdiri, menunduk bahkan mendongak agar terlihat jelas semuanya. Semua aku lakukan sambil bertanya-tanya kapan kuncup kecil itu akan mekar dan seperti apa bunganya. Hari-hari berikutnya keacuhanku kambuh, aku tak lagi mengamati kuncup bunga anggrek tersebut. Berlalu lalang dengan segala pikiran di kepala, seperti biasanya. Hingga suatu pagi yang cerah, aku melemparkan pandangan keluar jendela kamar. Mataku tertumbuk pada rumpun bunga anggrek yang terlihat tak biasa. Voila.... Bunganya bermekaran. Senyum terkembang di wajahku dari sudut kuping kiri ke sudut kuping kanan. Dan sebagai orang iseng nan geje, kuambil kamera di meja, berniat memotret bunga anggrek yang baru mekar. Dugaanku salah besar! Rumpun anggrek ini walau batang dan daunnya sama persis dengan rumpun anggrek di kampung sana, ternyata bunganya jauh berbeda. . [caption id="" align="aligncenter" width="438" caption="Dok. Pri (FB)"][/caption] Sambil memotret aku berpikir, kenapa kemarin-kemarin aku tidak memotret kuncupnya lalu memutuskan mengambil sudut pandang yang lain karena tidak puas dengan apa yang tampak di layar LCD kamera. Aku memutar mencari tempat berbeda untuk membidik dan menemukan tangkai bunga yang belum mekar. Dan tak ayal, tangkai itu pun jadi korban berikutnya. Dengan sedikit percikan air kubuat seolah tangkai itu baru saja bermandikan air hujan. Hmm... iseng ya? Setelah memotret, seperti umumnya orang narsis dan kepedean, aku share foto-foto bunga itu di Facebook. Entah bagus atau tidak menurut orang lain, tetap aku menganggap hasil jepretanku lumayan juga hahahahaha. Semoga tidak ditimpuk pake baceman batu bata sama Juragan Bontang. Seminggu berlalu, mungkin, aku tak ingat karena memang tidak suka menghitung hari. Di sore yang hangat, setelah selesai menyapu halaman aku lihat bunga anggreknya mengering. Di mataku anggrek yang mengering itu terlihat indah. Perwujudan perjalanan panjang (relatif) rumpun anggrek dari tanpa bunga, kuncup, mekar hingga layu dan mengering sebelum akhirnya gugur jatuh ke tanah. Kuabadikan penampakan terakhir tangkai bunga anggrek dengan latar belakang sinar matahari senja. . [caption id="attachment_279353" align="aligncenter" width="630" caption="Dok. Pri"][/caption] Sambil menulis catatan tak penting ini, aku berpikir. Hidup itu seperti bunga. Selalu diawali oleh kuncup lalu jika waktunya tiba, bunga akan bermekaran memamerkan keindahannya. Seiring berjalannya waktu keindahan bunga mulai memudar, lalu kemudian bunga layu berubah warna dan mengering. Bunga bisa saja berubah menjadi buah yang bisa kita nikmati atau hanya sebagai penghias yang  menambah warna warni dunia walau umurnya tak lama. Bagaimanapun juga, menjadi buah atau tidak, bunga tetap indah dan aku menyukai mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun