Badui Luar: Liburan Tanpa Sinyal, Tapi Penuh Sinyal Kehidupan
Kompasianer, perjalanan kami ke Banten berakhir di tempat yang tenang, sederhana, dan penuh filosofi: Badui Luar, di pedalaman Lebak, Banten. Kami memang nggak masuk ke Badui Dalam karena belum janjian sebelumnya (dan nggak bisa asal masuk), tapi justru itu yang bikin momen ini terasa jujur dan apa adanya.
Begitu sampai, suasana langsung berubah. Nggak ada suara kendaraan, nggak ada plang iklan, dan yang paling penting: nggak ada sinyal. Tapi justru di situ letak keindahannya. Kami disambut oleh warga Badui Luar yang ramah, dengan pakaian khas dan senyum yang tulus. Anak-anak sempat bingung, "Pa, kok nggak ada listrik?"---dan saya jawab, "Karena di sini, cahaya datang dari hati."
Kami berjalan menyusuri jalanan tanah, melewati rumah-rumah panggung dari bambu, dan sesekali melihat warga menenun atau membawa hasil panen. Di salah satu sudut, kami duduk di bale-bale, ngobrol santai sambil nyeruput air mineral dan makan bekal. Rasanya seperti kembali ke akar kehidupan---tanpa gadget, tanpa distraksi, tapi penuh rasa.
Yang bikin kami terkesan adalah kesederhanaan yang konsisten. Warga Badui Luar hidup dengan aturan adat yang ketat, tapi tetap terbuka untuk tamu. Kami sempat ngobrol dengan salah satu warga yang cerita bahwa untuk masuk ke Badui Dalam, harus ada izin dan pendampingan khusus. "Kalau belum janjian, mending di sini dulu," katanya sambil tersenyum.
Meski cuma sampai Badui Luar, kami merasa sudah dapat pelajaran besar: tentang hidup yang pelan, tentang menghargai alam, dan tentang komunikasi yang nggak perlu sinyal. saya sempat bilang, "Di sini, kita nggak update status, tapi justru status hidup kita yang di-update."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI