Kami berjalan pelan dari satu ruang ke ruang lain, melihat benda-benda yang diam tapi bercerita.
Anak-anak awalnya sempat bosan, tapi begitu lihat koleksi wayang dan keris, langsung heboh --- katanya, "Pa, ini kayak di film!"
Sementara saya dan istri justru terdiam lama di depan naskah kuno beraksara Jawa halus. Entah kenapa, ada rasa haru melihat jejak pengetahuan bangsa yang sudah ada jauh sebelum internet dan Google Translate.
Di akhir kunjungan, kami sempat duduk di bangku taman depan museum sambil minum es teh.
Saya bilang ke istri, "Kalau dulu buku dan naskah ini dijaga dengan nyawa, masa kita sekarang cuma bisa jaga baterai HP aja?"
Kami pun tertawa --- tapi di balik tawa, ada rasa bangga bisa menyentuh warisan budaya yang luar biasa ini.
Tips:
- Luangkan waktu cukup lama, setiap ruang punya cerita sendiri.
- Jangan lupa foto di depan patung Ronggowarsito.
- Datang pagi atau sore, cahaya alami membuat suasana lebih magis.
PenutupÂ
- Kalau ditanya, apa yang kami cari dari perjalanan ini?
Jawabannya sederhana: udara segar, gorengan hangat, dan cerita yang bisa dibawa pulang.
--- Jelajah terus, tapi jangan lupa istirahat di pinggir jalan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI