Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Pilihan

Dari Risma ke Eri: Mengapa Surabaya Kini Terlihat Mandek?

5 Oktober 2025   06:00 Diperbarui: 4 Oktober 2025   07:49 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi surabaya (sumber:tangkapan layar akun instagram @surabaya)

Sebagai warga yang sudah lama tinggal di Surabaya, saya masih ingat masa ketika kota ini menjadi contoh nasional dalam hal tata kelola, kebersihan, dan efisiensi birokrasi. 

Surabaya dulu sering dijadikan benchmark oleh kota lain. Tapi sekarang, saya melihat tanda-tanda kelelahan birokrasi dan stagnasi arah pembangunan.

Ruang publik terasa tak banyak berubah, infrastruktur baru hampir tidak terdengar, dan yang mencolok justru agenda-agenda seremonial yang terlalu sering. 

Banyak warga mulai merasa jenuh melihat wali kota hadir di acara-acara kecil yang seharusnya cukup diwakilkan pejabat teknis.

Sementara itu, masalah-masalah besar kota --- mulai dari kemacetan, banjir musiman, kesenjangan wilayah barat-timur, hingga menurunnya daya saing investasi --- seperti dibiarkan tanpa gebrakan berarti.

Warga Tidak Butuh Acara, Kami Butuh Arah

Bagi saya, kritik ini bukan semata-mata ketidaksukaan terhadap sosok wali kota, melainkan bentuk kepedulian terhadap arah pembangunan kota yang saya cintai. 

Saya yakin banyak warga Surabaya merasakan hal yang sama: kami tidak butuh banyak acara, kami butuh arah yang jelas.

Kota ini terlalu besar untuk dikelola dengan cara seremonial. Surabaya butuh pemimpin yang berani mengambil keputusan besar, yang mengembalikan semangat kerja keras, bukan hanya membangun citra.

Penurunan PAD dan rencana berutang hanyalah gejala dari masalah yang lebih dalam --- hilangnya fokus dan semangat efisiensi. 

Jika tidak segera dikoreksi, Surabaya bisa kehilangan momentum yang dulu membuatnya maju di bawah kepemimpinan yang visioner.

Saatnya Kembali ke Esensi Pembangunan

Pembangunan sejatinya bukan sekadar mempercantik kota dengan acara atau dekorasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun