Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kata Bijak Warren Buffet: Jangan Menabung Apa yang Tersisa, tapi Habiskan Apa yang Tersisa Setelah Menabungnya

2 April 2024   12:00 Diperbarui: 3 April 2024   07:17 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menabung. sumber: freepik

Kemiskinan sering kali dianggap sebagai konsekuensi dari pendapatan yang rendah. Namun, apa yang terjadi jika seseorang dengan penghasilan tinggi juga bisa terjerumus ke dalam lubang kemiskinan? 

Pertanyaan ini mengarah pada kesadaran bahwa kemiskinan seringkali lebih berkaitan dengan pengelolaan keuangan daripada besarnya penghasilan itu sendiri. 

Pendapat ini tidak hanya didasarkan pada teori semata, namun juga pada pengalaman praktis seorang investor tersukses di dunia, yaitu Warren Buffett.

Dalam pandangan Buffett, terdapat lima jenis pengeluaran yang berpotensi membuat seseorang terperosok dalam kemiskinan. 

Kita akan menelusuri lebih dalam setiap jenis pengeluaran ini serta memahami pelajaran berharga yang dapat kita ambil.

1. Belanja Merek Ternama: Nilai vs. Harga

Warren Buffett menekankan pentingnya untuk fokus pada nilai daripada harga saat berbelanja. 

Terlalu sering kita tergoda untuk membeli barang-barang dengan merek ternama demi mendapatkan rasa prestise, tanpa memperhatikan apakah barang tersebut benar-benar memberikan manfaat yang sepadan dengan harganya. 

Buffett mencontohkan bahwa sebuah pakaian dengan merek mewah mungkin saja terlihat menggoda di rak toko, namun nilai sebenarnya terletak pada kegunaannya dan bukan pada mereknya.

Ketika kita mulai memperhatikan nilai sebenarnya dari sebuah barang, kita akan lebih cenderung untuk mempertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar memenuhi kebutuhan kita atau tidak. 

Ini membantu kita untuk menghindari pengeluaran yang tidak perlu dan memfokuskan uang kita pada hal-hal yang lebih bermanfaat dalam jangka panjang.

2. Pembelian Mobil Baru: Menimbang Depresiasi

Buffett juga menyoroti bahaya membeli mobil baru. Meskipun memiliki mobil baru mungkin terasa seperti pencapaian yang membanggakan, namun Buffett mengingatkan bahwa mobil baru akan mengalami depresiasi yang cepat begitu meninggalkan dealer. 

Sebagai gantinya, dia menyarankan untuk mempertimbangkan mobil bekas yang telah melewati masa depresiasi awalnya.

Pendekatan ini tidak hanya menghemat uang dalam jangka pendek, namun juga membantu kita untuk menghindari kerugian besar yang terkait dengan depresiasi mobil baru. 

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk tidak hanya mempertimbangkan harga pembelian suatu barang, namun juga kerugian yang mungkin terjadi dalam jangka panjang.

3. Makan di Tempat Mewah: Prioritaskan Keberpihakan

Salah satu kebiasaan konsumtif yang seringkali membuat seseorang terperosok dalam kemiskinan adalah kebiasaan makan di tempat mewah. 

Meskipun makan di restoran mewah bisa memberikan pengalaman yang menyenangkan, namun hal ini seringkali menguras sumber daya finansial dengan cepat.

Buffett menunjukkan contoh bahwa, meskipun dia memiliki kemampuan finansial yang besar, dia lebih memilih untuk makan sederhana. 

Pendekatan ini tidak hanya membantu untuk menghemat uang, namun juga mengajarkan pentingnya untuk memprioritaskan pengeluaran kita berdasarkan kebutuhan sebenarnya daripada keinginan semata.

4. Membeli Gadget Trendy: Fungsi vs. Gaya

Dalam era teknologi modern, banyak orang tergoda untuk terus membeli gadget terbaru dengan fitur-fitur canggih. 

Namun, Buffett menyoroti bahwa seringkali kita hanya menggunakan sebagian kecil dari fitur-fitur tersebut, bahkan kadang kita tidak sepenuhnya memahami cara menggunakan gadget tersebut.

Pendekatan yang bijak adalah untuk hanya membeli barang-barang yang benar-benar kita butuhkan dan akan kita manfaatkan secara maksimal. 

Hal ini tidak hanya membantu untuk menghindari pemborosan uang, namun juga membantu kita untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup.

5. Berjudi atau Membeli Loteri: Investasi vs. Keberuntungan

Salah satu jebakan terbesar yang sering membuat orang terperosok dalam kemiskinan adalah keinginan untuk menjadi kaya secara instan melalui judi atau membeli loteri. 

Buffett menekankan bahwa kekayaan yang sejati tidak akan datang secara instan, melainkan memerlukan proses, kerja keras, dan kesabaran.

Pendekatan yang lebih bijak adalah untuk fokus pada investasi yang berdasarkan pengetahuan dan analisis yang mendalam. 

Ini tidak hanya membantu untuk membangun kekayaan secara bertahap, namun juga mengajarkan pentingnya untuk menghindari jalan pintas yang berujung pada kegagalan.

Mengambil Pelajaran Berharga

Dari lima jenis pengeluaran di atas, kita dapat menarik beberapa pelajaran berharga yang dapat membantu kita untuk menghindari jebakan kemiskinan dan membangun kekayaan secara bertahap.

Pertama, penting untuk selalu fokus pada nilai daripada harga saat berbelanja. 

Kedua, kita harus mempertimbangkan depresiasi dan biaya jangka panjang dari pembelian barang-barang besar seperti mobil. Ketiga, kita perlu memprioritaskan pengeluaran kita berdasarkan kebutuhan sebenarnya dan bukan keinginan semata. 

Keempat, kita harus hanya membeli barang-barang yang benar-benar kita butuhkan dan akan kita manfaatkan secara maksimal. Dan kelima, kita harus fokus pada investasi yang berdasarkan pengetahuan dan analisis yang mendalam daripada mencari jalan pintas yang berujung pada kegagalan.

Jangan menabung apa yang tersisa, tapi habiskan apa yang tersisa setelah menabungnya. -- Warren Buffet.

Dengan mengambil pelajaran ini ke dalam hati, kita dapat membentuk kebiasaan yang lebih bijak dalam mengelola keuangan kita dan membangun kekayaan secara bertahap. Dan siapa tahu, mungkin suatu hari nanti kita pun akan bisa menginspirasi orang lain dengan keberhasilan finansial kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun