Pernahkah kamu merasa siang hari begitu sibuk, tetapi malam justru menjadi saat di mana pikiranmu berisik? Saat semua orang tidur, kamu malah terjebak dalam labirin pikiran sendiri memikirkan masa lalu, menganalisis ucapan orang lain, atau membayangkan skenario terburuk yang belum tentu terjadi.
Fenomena ini tidak jarang. Banyak orang mengalami overthinking justru di malam hari. Namun, apa sebenarnya yang terjadi di balik kebiasaan ini? Mengapa otak seperti tak bisa berhenti berpikir saat seharusnya beristirahat?
Overthinking Bukan Sekadar Kebiasaan Buruk
Dalam psikologi, overthinking sering dihubungkan dengan kecemasan (anxiety), rasa tidak aman, atau trauma yang belum terselesaikan. Tapi lebih dalam dari itu, otak manusia punya dorongan alami untuk mencari kendali dan kepastian.
Ketika kita merasa cemas, kehilangan arah, atau tidak berdaya, otak mencoba "menyelesaikan" sesuatu  meskipun itu hanya dalam bentuk berandai-andai atau mengulang-ulang kejadian lama.
Sayangnya, upaya mencari kendali lewat pikiran ini malah bisa menjadi bumerang. Alih-alih mendapat solusi, kita malah makin cemas, kelelahan, dan sulit tidur.
Kenapa Terjadi di Malam Hari?
Di siang hari, kesibukan memberi distraksi alami. Otak kita sibuk bekerja, berinteraksi, mengejar target. Tapi malam hari menghadirkan keheningan. Tak ada notifikasi, tak ada obrolan, tak ada tugas. Hanya ada kita dan pikiran kita.
Inilah saat ketika emosi yang ditahan sepanjang hari mulai naik ke permukaan. Pikiran yang tidak sempat diproses akhirnya datang bergelombang --- dan sayangnya, sering kali tanpa filter.
Mencari Kendali Lewat Pikiran