Mohon tunggu...
Meirna Fatkhawati
Meirna Fatkhawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyukai dunia menulis || "sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lain" || Salam Literasi || silahkan berkunjung www.mirnaaf.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Hujan yang Tak Biasa (bag 1)

18 Januari 2019   14:37 Diperbarui: 18 Januari 2019   14:37 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu sore. Setelah waktu solat ashar. Hujan datang lebih dulu menyapa bumi daripada azan magrib. Dimulai oleh suara petir lalu air perlahan semakin banyak tak mau kalah. Hujan merupakan salah satu nikmat yang Allah berikan untuk umat manusia. Agar tumbuhan dan hewan juga dapat memperoleh berkah kehidupan.  

Azan magrib berkumandang. Semua umat muslim berbahagia. Apalagi jika buka puasa bersama keluarga tercinta. Aldi dan keluarga buka dengan menu sederhana. Kurma, air putih, bubur mutiara dan beberapa kue jajanan pasar. Semuanya bersuka, sumringah, bersyukur.

 "Minum air putih dan kurma udah bikin kenyang. Cukup sih. Apalagi kalau ada gorengan, lebih lengkap. Begitu pikirnya.

 "Pak, besok Aldi wisuda. Bapak bisa datang kan?" tanya Aldi ke Bapak yang duduk di sampingnya setelah baca doa buka puasa.

"Acaranya jam berapa dek?". Si Bapak menjawab sambil melahap  bubur mutiara.

"Jam 2 siang pak. Ba'da zuhur ada acara baksos gitu. Orang tua disuruh datang. Juga buka puasa bersama disana. Kan sudah Aldi kasih undangan wisudanya pak". Jelas Aldi ke Bapaknya.

"Wah pulangnya malam dong. Wisudanya dimana?", tanya Bapak lagi.

"Di gedung kemarin pas Aldi wisuda SMP itu loh pak", kata Mamah bantu menjawab pertanyaan.  

"Wah bakalan macet itu. Nanti Bapak gak sempat solat terawih dong",

"Solat terawih di rumah aja pak. Pulang dari acara wisuda," kata Mba Era kakaknya Aldi.

"Gak bisa Ra. Kalau udah sampai rumah macet. Kamu aja ya yang gantiin Bapak ke wisudanya Aldi. Bareng Mamahmu. Masa wisuda pas bulan Ramadhan gini sih. Harusnya kan di rumah. Waktunya dipakai untuk banyak ibadah. Solat, baca Quran. Gimana sih sekolahmu dek. Gak berkah itu. Sekolah kok gak bisa ngatur waktu." Kata Bapak dengan wajah geram, pandangan melihat ke semua anggota keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun