Mohon tunggu...
Mirantie Boreel
Mirantie Boreel Mohon Tunggu... Lainnya - Laman Blog Mirantie Boreel

Ibu rumah tangga, penggila sastra dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Masalah Penulis Artikel di Era Milenial

14 Juni 2021   00:45 Diperbarui: 14 Juni 2021   00:47 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah mengizinkan saya mengangkat topik tentang masalah penulis artikel di era milenial.

 Saya kerap menemukan beberapa artikel di media internet yang dimana terdapat kesalahan tanda baca, kalimat, paragraf, kosakata yang kurang tepat.

Dalam membaca suatu paragraf atau kalimat perlu memahami bahwa tanda baca itu penting. Tanpa pemahaman tanda baca yang tepat dapat mempersulit pembaca untuk memaknai tujuan penulisan sebuah artikel. Perlunya keterampilan yang mumpuni dalam menulis sebuah artikel adalah keharusan.

 Tidak lupa juga keterampilan dalam mengolah paragraf menjadi satu gagasan yang mendukung topik hingga enak dibaca itu sangat penting agar mudah dicerna oleh pembaca.

 Menurut Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd. & Prof. Drs. Soedjito dalam bukunya Seri Terampil Menulis Bahasa Indonesia : Paragraf bahwa unsur-unsur paragraf terdiri atas 1) kalimat topik, 2) kalimat penjelas, 3) kalimat penegas, 4) alat transisi. Berdasarkan kehadirannya dalam paragraf, unsur-unsur itu dapat dibedakan atas unsur wajib, yakni kalimat topik dan kalimat penjelas; dan unsur tak wajib, yakni kalimat penegas dan alat transisi. Unsur wajib selalu hadir dalam paragraf, sedangkan unsur tak wajib tidak selalu harus hadir.

Kalimat topik/kalimat utama adalah kalimat dalam paragraf yang mengandung satu gagasan/ide pokok (satu topik); sedangkan kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat yang menjelaskan kalimat topik. Jadi, satu paragraf hanya boleh ada satu kalimat topik dan satu atau beberapa kalimat penjelas.

 Contoh :

 (1) Bahasa menjadi ciri identitas suatu bangsa. (2) Melalui bahasa, kita dapat mengidentifikasi kelompok masyarakat. (3) Bahkan, kita dapat mengenali perilaku dan kepribadian seseorang serta tinggi rendahnya suatu bangsa. (4) Memang, bahasa itu tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat penuturnya. (5) Benarlah bunyi peribahasa "bahasa menunjukkan bangsa."

Kalimat (1) adalah kalimat topik, sedangkan kalimat (2), (3), (4), dan (5) adalah kalimat-kalimat penjelas. Pada contoh di atas, kalimat topik terletak pada awal paragraf, sedangkan kalimat-kalimat penjelasnya terletak di belakang kalimat topik. Jadi, setiap paragraf terdiri atas dua bagian, yakni satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas.

 Catatan:

 Kalimat topik sebaiknya berupa kalimat tunggal (b), tidak berupa kalimat majemuk (a). Perhatikan contoh berikut ini.

(a) Karena dalam tata budaya Indonesia peran pria lebih dominan daripada wanita, seorang pria dapat menceraikan atau menikahi seorang wanita. Sebaliknya, seorang wanita umumnya hanya dapat minta cerai dari suaminya atau menikah dengan seorang pria, dan bukan menceraikan atau menikahi.

(b) Dalam tata budaya Indonesia, peran pria lebih dominan daripada wanita. Oleh karena itu, seorang pria dapat menceraikan atau menikahi seorang wanita. Sebaliknya, seorang wanita umumnya hanya dapat minta cerai atau menikah dengan, dan bukan menceraikan atau menikahi.

 Sedangkan pada buku Seri Terampil Bahasa Indonesia : Kosakata oleh penulis yang sama dikatakan bahwa pada zaman sekarang, menulis bukan sekadar keterampilan bahasa atau komunikasi, tetapi bagian penting kecakapan literasi. Bersama membaca, menulis menjadi fondasi penting kecakapan berpikir kritis dan kreatif, yang merupakan inti literasi, yang sangat dibutuhkan pada zaman Revolusi Industri 4.0. Dengan menulis - selain membaca - dapat diasah, dilatih, dan ditingkatkan kecakapan berpikir yang logis dan etis untuk memperkuat kekritisan dan kekreatifan tiap individu. Untuk menguatkan, menajamkan, atau meningkatkan keterampilan menulis bahasa Indonesia, seseorang perlu menguasai seluk beluk kosakata bahasa Indonesia. Kekayaan dan keberagaman kosakata bahasa Indonesia menggambarkan keluasan, kedalaman, bahkan ketinggian pikiran dan perasaan seseorang.

Untuk itu, saat literasi sudah menjadi salah satu hak asasi dan sendi peri kehidupan masa kini dan masa depan, secara memadai setiap orang perlu menguasai kosakata suatu bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Penguasaan itu bisa dan perlu dipelajari, baik secara mandiri maupun melalui pelajaran, bukan terberi secara alamiah melalui kebiasaan bercakap-cakap saja.

  Blog asli

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun