Mohon tunggu...
Mira Marsellia
Mira Marsellia Mohon Tunggu... Administrasi - penulis kala senggang dan waktu sedang luang

You could find me at: http://miramarsellia.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ke Bandung Jangan Cuma Beli Baju, Dung!

21 September 2012   04:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:05 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bandung yang dikenal orang sebagai Parijs Van Java, memang terkenal oleh wisatawan domestik sebagai tempat berbelanja pakaian dan wisata kuliner. Bila ada pertemuan  berupa meeting atau workshop, sudah biasa apabila ada hari yang disisihkan untuk berwisata belanja dan berkuliner ria di seputaran kota Bandung. Tapi apakah ada tempat lain yang bisa dituju untuk berwisata pendidikan? Ada dong!  Sebagai warga Bandung yang baik, saya ingin mengajak pembaca mengenal tempat wisata sekaligus juga tempat pendidikan dengan bangunan kuno yang antik di Bandung utara. Observatorium Bosscha. Hihihi saya juga orang Bandung, baru sekali kesana. Padahal kalau lewat terhitung sering. Ternyata objek wisata sekaligus tempat peneropongan bintang itu sangat menarik. Sewaktu saya masih duduk di bangku sekolah, pelajaran tentang bumi dan alam semesta adalah sesuatu yang seru, menarik, dan mengagumkan. Cerita tentang penelitian luar angkasa selalu menjadi bahan bacaan yang saya baca dengan antusias. Demikian juga dengan mengunjungi Observatorium Bosscha ini, tak hanya anak-anak sekolah yang antusias, rasanya saya juga ingin ikut-ikutan heboh. Bosscha adalah tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia. Letaknya 15 km dari kota Bandung, arah utara menuju Lembang. Berada di ketinggian 1310 meter di atas permukaan laut, dan berada di daerah pegunungan menjadikan Bosscha tempat yang sejuk dingin. Untuk keluarga dan perorangan, Bosscha dapat dikunjungi pada hari Sabtu saja dengan biaya Rp 7500,- per orang, sedangkan untuk rombongan sekolah dan lainnya, untuk pendaftaran kunjungan, informasi dapat diperoleh di website Bosscha di sub info kunjungan. Bila hendak tetirah atau main-main di Lembang atau akan berendam air panas di Ciater, demikian juga arah sebaliknya menuju Bandung, tidak ada salahnya mampir ke Bosscha untuk wisata pendidikan bagi anak, kan sekalian lewat. Untuk hotel dan penginapan, daerah jalan raya menuju Lembang ini di sepanjang jalan banyak dipenuhi dengan hotel dan penginapan baik besar kecil atau murah mahal, segala ada pokoknya. Udara sejuk segar disana menjadi daya tarik untuk menginap di Lembang.

1348202480535481410
1348202480535481410
Adapun Bosscha sendiri diambil namanya dari pendiri observatorium Bosscha, yaitu Karel Albert Rudolf Bosscha. Seorang Belanda pemilik Perkebunan Teh Malabar. Tahun 1923 Karel Bosscha sebagai perintis dan penyandang dana, bersama Dr. J. Voute pergi ke Jerman untuk membeli teleskop refraktor ganda Zeiss dan teleskop refraktor Bamberg. Teleskop Zeiss merupakan teleskop terbesar di Observatorium Bosscha, terletak di dalam ruangan berkubah yang dapat berputar 360 derajat, dan dapat dibuka dan ditutup pada kubahnya. Lantai dengan diameter 11 meter tempat teleskop ini terletak dapat dinaikan setinggi 3.8 meter maksimal dari ketinggian asalnya untuk menyesuaikan pengamatan. Observatorium Bosscha saat ini merupakan observatorium tertua di Indonesia, dan juga masih sebagai satu-satunya obervatorium besar di Indonesia. Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah. Keberadaan Observatorium Bosscha untuk itu dilindungi oleh UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional yang harus diamankan.
13482025611281700420
13482025611281700420
Rancangan bangunan kubah tempat teleskop refraktor ganda Zeiss ini adalah rancangan arsitektur kenamaan yang juga guru besar Ir Soekarno di ITB dulu.
yaitu K. C. P. Wolf Schoemacher, karya-karya arsitekturnya banyak memperindah wajah Bandung dengan keindahan dan arsitekturnya yang khas. Teleskopnya sendiri masih berfungsi dengan baik walaupun sudah berusaia 84 tahun berkat perawatan yang baik dan teratur. Walaupun kita boleh mengambil foto ataupun berfoto-foto di area Bosscha, namun dalam aturan kunjungan di area Bosscha ini tidak boleh dijadikan area untuk foto-fotoan pre wedding yang sedang musim itu, ataupun untuk acara ramai-ramai seperti acara kelulusan dan bag-bagi rapor. Pengunjung dengan kendaraan diharap berjalan kaki dari tempat parkir sekitar 1 km ke gedung penelitian, dan diharapkan seluruh pengunjung untuk menjaga ketertiban, kebersihan, dan tidak melakukan perbuatan yang dapat merusak asset disana. Sayang sekali perkembangan pemukiman penduduk dan tata kota yang kurang menjaga dan melihat pentingnya pusat penelitian bintang di khatulistiwa ini, telah membuat keberadaan observatorium ini terancam. Cahaya lampu kota dan pembangunannya, meredupkan cahaya bintang-bintang sehingga menyulitkan penelitian. Memang benar juga ya, saat ini jarang sekali kita dapat melihat langit dengan mata telanjang dipenuhi cahaya bintang. Belum lagi asap dari polusi yang memenuhi langit.  Sayang sekali. Semoga di tengah semua tantangan dan kendala, kita tetap dapat menjaga keberadaan observatorium pengamatan bintang ini demi kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia. Sumber bacaan dan informasi:  http://bosscha.itb.ac.id Dokumen foto: koleksi milis Kampung Gajah Id-Gmail

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun