Mohon tunggu...
mira kiliana ataupah
mira kiliana ataupah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah seorang anak yang suka dengan alam, saya suka diving, saya sukak pegunungan, dan pantai. selain itu saya sukak mencoba hal-hal baru dan sukak membaca.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bahaya Tersembunyi di Sekitar Kita : " Sampah dan Leptospirosis di Yogyakarta "

24 September 2025   10:40 Diperbarui: 24 September 2025   10:40 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sampah, satu kata yang terdengar akrab ditelinga kita, namun sering diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari tanpa sadar, kita selalu menghasilkan sampah dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Sampah seakan-akan menjadi bagian penting dari kehidupan kita yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun kita sudah sangat akrab dengan sampah, hal ini tidak membuat kita benar-benar peduli dengan sampah. Banyak dari kita yang tidak memperdulikan kemana akhirnya sampah tersebut pergi. Sampah seakan seperti aliran sungai yang terus mengalir tanpa berhenti,  akan tetapi  aliran sungai tersebut membawa kejerniaan dan keindahan, namun sampah malah sebaliknya membuat aliran sungai yang indah tersebut berubah menjadi kotor, berbau, tidak indah untuk dipandang, dan berbahaya.

Yogyakarta sering dijuluki sebagai kota yang kaya akan kuliner dan  budaya, dimana kehidupan modern dan tradisi hidup saling berdampingan. Setiap sudut kota tersebut memiliki makna dan keindahan sendiri, banyak wisatawan berdatangan bukan hanya sekedar untuk menikmati indahnya Candi dan ramainya Malioboro, namun merasakan kuliner dan mengunjungi setiap sudut Yogyakarta merupakan salah satu tujuan para wisatawan. Tetapi, dibalik semua keindahan tersebut tersimpan satu masalah yang tidak luput dari pandangan para wisatawan yaitu sampah yang menumpuk di pinggiran jalan, tepi sungai, bahkan disekitar lingkungan pemukiman warga serta  tikus yang bebas berkeliaran disudut-sudut kota.

Tumpukan sampah seakan sudah menjadi hal biasa yang ditemui dipinggir jalan Jogja, TPS yang sering dikenal dengan sebutan Depo yang tidak terkelola, hingga selokan yang sudah mampet karena sampah.  Membuang sampah  sembarangan dan terjadinya penimbunan sampah tidak terlepas dari kontribusi kita sebagai masyarakat Jogja. Perilaku ini membuat kehidupan kita berada pada titik kewaspadaan. Hal ini karena, sampah memiliki dampak yang buruk terhadap kesehatan lingkungan, yang akan mempengaruhi kesehatan kita.  Masalah sampah di Jogja bukanlah suatu masalah yang harus di anggap sepele. Masalah ini merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian khusus dari semua masyarakat Jogja. Mengapa masalah sampah sangat penting untuk kita ketahui ?  Hal ini karena, D.I Yoygakarta merupakan salah satu daerah endemis Leptospirosis.

Kejadian Leptospirosis pada D.I Yogyakarta mengalami lonjakan kasus dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal tersebut disebabkan oleh factor lingkungan yang tidak dikelola dengan baik.   Pada tahun 2021 terdapat 79 kasus dengan CFR 8,8%. Selanjutnya, pada tahun 2022 terjadi peningkatan kasus menjadi 274 kasus, CFR meningkat menjadi 16,1%. Pada tahun 2023, jumlah kasus akan meningkat lagi menjadi 400 kasus dengan CFR 8,3% (Dinas Kesehatan Yogyakarta, 2023).  Berdasarkan data tersebut, kabupaten dengan jumlah penderita terbanyak ialah Kabupaten Bantul dimana terdapat 168 kasus leptospirosis dengan 11 kematian (Dinas Kesehatan Bantul, 2024). Hal ini bukan sekedar angka, namun  hal ini menegur kita secara nyata bahwa setiap perilaku yang ditunjukkan memiliki dampak dan konsekuensi yang harus diterima. Leptospirosis bukanlah suatu penyakit baru di Yoygakarta, hanya saja penyakit ini tidak sepopuler flu atau DBD dalam pembicaraan kita sehari-hari, namun jangan pernah menganggap remeh penyakit ini, Leptospirosis akan sangat berbahaya apabila tidak mengalami penanganan dengan cepat.

Leptospirosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh salah satu bakteri yang bernama Leptospira. Penyakit ini biasanya menular melalui air yang tercemar urine hewan, terutama tikus. Bakteri Leptospira merupakan bakteri yang tinggal di ginjal tikus, dan biasanya bakteri ini keluar melalui urine (air kencing) tikus. Bakteri Leptospira dapat menular melalui kontak langsung dengan urine tikus, maupun kontak tidak langsung melalui lingkungan yang tercemar. Seseorang yang terpapar Leptospirosis biasanya memiliki gejala seperti  Demam mendadak, sakit kepala, nyeri oto, mual, muntah, diare, sakit perut berkepanjangan, bahkan dapat mengalami infeksi hingga ke gangguan ginjal, hati, gagal multi organ dan mengalami pendaharan. Gejala-gejala ini bahkan sudah terdengar sangat menyeramkan lalu, bagaimana dengan dampaknya jika benar-benar terpapar leptospirosis?  Seseorang yang mengalami leptospirosis dapat  mengalami kombinasi gagal ginjal, gagal hati, perdarahan bahkan kematian. Hal ini yang membuat seharusnya kita tidak menganggap remeh pengaruh lingkungan terhadap kesehatan tubuh kita.

Sampah merupakan salah satu tempat yang gemar didatangi tikus untuk ditinggali dan tempat mencari makan. Membuang dan menimbun sampah merupakan tindakan yang mencipatakan sarang bagi tikus, apalagi sampah yang dibuang tidak dipilah terlebih dahulu antara sampah organic dan anorganik. Selain menjadi sarang tikus, tempat mencari makan, berkembang biak, sampah juga menjadi tempat terjadinya penumpukan genangan air. Biasanya, hal ini terjadi pada sampah plastic seperti botol, kantong, maupun sampah-sampah alat rumah tangga yang tidak terpakai.  Sampah terlihat seperti suatu hal yang biasa saja dan tidak penting untuk diketahui lebih dalam, padahal dibalik itu semua sampah menyimpan banyak sekali rahasia yang mengancam kesehatan kita. Perilaku kita terkait sampah, ternyata membuat kita hidup berdampingan dengan penyebab masalah kesehatan pada diri kita sendiri. Hal ini bukan terjadi di luar rumah saja, namun bisa juga didalam rumah kita. Terkadang, kita melakukan penimbunan sampah dan barang tak terpakai yang tanpa kita sadari hal tersebut menjadi tempat perlindungan tikus.

Sampah mungkin terdengar tidak menarik, namun apa kita masih berpikir bahwa sampah tidak menarik bahkan ketika sampah membahayakan kesehatan dan nyawa kita? Pertanyaan ini akan membawa kita untuk merefleksikan diri dan perilaku kita selama ini. Apakah kita sudah turut menjaga lingkungan dan kesehatan kita dengan bertanggung jawab pada setiap sampah yang kita hasilkan? Sampah memiliki peran penting dalam kesehatan lingkungan, dan lingkungan memiliki peran penting dalam kesehatan kita. Kondisi perubahan iklim yang terjadi saat ini juga sangat mempengaruhi kondisi sampah tersebut, Curah hujan yang cukup tinggi dan tidak menentu di Yoygyakarta membuat timbunan sampah menjadi basah dan berbau.hal ini menarik perhatian tikus untuk menjadikan itu sebagai sarang mereka, selain itu banjir yang diakibatkan oleh curah hujan dan sampah tersebut merupakan salah satu media utama penyebaran Leptospira  hal ini karena bakteri tersebut bertahan lama didalam genangan air, dan banjir membawa urine (air kencing) tikus yang sudah tercemar sehingga menyebar luas melalui ar banjir tersebut.

Lalu apa yang perlu kita lakukan? Kita dapat melakukan bentuk pencegahan dengan hal-hal yang sesederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah antara sampah organic dan anorganik, menggunakan tempat sampah yang memiliki tutup, rutin membersihkan lingkungan sekitar rumah seperti saluran, got, atau selokan, dan dapat mengurangi penggunaan sampah seperti mengurangi sampah plastik dengan berbelanja menggunakan keranjang belanjaan atau totebag, menggunakan wadah yang dapat dipakai ulang hal ini supaya tidak terjadi penumpukan sampah yang akan menarik perhatian Tikus. Hal ini mungkin terdengar tidak mudah, namun jika kita memiliki niat dan keinginan kita mampu untuk melakukannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun