MEREKA YANG PERLU DI BANTU DARI PINGGIRAN KOTA PURWAKARTA
Selalu ada cerita menarik dalam setiap perjalanan dan tentunya sangat tidak diduga terutama ketika akhirnya kita bertemu dengan mereka yang masih kekurangan dan memerlukan uluran bantuan kita. Perjalanan yang membuat jiwa sosial kita meronta-ronta untuk mencoba membantu sesuai dengan apa yang kita bisa lakukan. Kecil namun bisa bermakna besar untuk mereka. Pelajaran kehidupan yang harus selalu melihat ke bawah, kepada mereka yang kekurangan bukan melihat kepada mereka yang mempunyai lebih dari yang kita miliki dalam hal ini kekayaan.
Seperti perjalanan cerita hari ini dari tujuan awal mengikuti kegiatan technical meeting kemah literasi yang akan diselenggarakan oleh instansi pendidikan di Purwakarta. Pada acara tersebut saya dipertemukan dengan beberapa kawan lama saat pra jabatan salah satunya Bu Fatmawati, seorang guru di SMPN 2 Cibatu yang sekolahnya pernah saya ulas di Kompasiana. Bu Fatma kemudian mengantar saya bertemu kawan baik saya di sekolah lama yang kini bertugas sebagai kepala sekolah di tempat bu Fatma mengabdi, Bunda Zaleha Andhika Ratu. Dari obrolan siang menjelang sore kemudian Bunda Zaleha meminta saya untuk meliput salah satu anak didiknya yang berasal dari keluarga sangat tidak mampu yang tinggal di pinggiran kota Purwakarta. Lalu dengan diantar Bu Fatma, saya pun berkunjung ke rumah muridnya yang bernama Agus yang terletak sekitar 5 kilometer dari SMPN 2 CIbatu.
Tidak hanya tentang Agus dan orang tuanya namun juga saya bertemu dengan seorang nenek yang kondisinya begitu menyayat hati yang tinggal di gubuk sempit di sebelah rumah Agus.
Karenanya dengan tulisan yang saya buat tentang mereka ini, saya berharap banyak pihak yang akan membantu keadaan mereka karena mereka benar-benar membutuhkan uluran tangan kita. Tulisan ini tidak akan sekali ini saja. Selagi diri bisa membantu melalui tulisan, saya dibantu orang-orang baik akan terus melakukan perjalanan hati membantu kepada mereka yang kekurangan.
Pak Otang dan Keluarga
Nama anak lelaki itu adalah Agus Wahyudin, siswa kelas 7 SMPN 2 Cibatu. Dia tinggal di Desa Cibukamanah Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta. Bu Fatma sebagai wali kelas memang selalu melakukan kunjungan rutin ke rumah siswa-siswanya dalam rangka silaturahmi dengan orang tua siswa dan untuk mengetahui keadaan siswa yang sebenarnya. Tidak disangka ketika melihat rumah Agus, kondisinya sangat jauh memprihatikan dibanding dengan kawan-kawannya yang lain.
Orang tua Agus yaitu Pak Otang (60 tahun) dan Bu Tini (45 tahun) tinggal di rumah panggung tidak layak huni di tanah milik desa yang boleh digunakan oleh mereka. Sudah lima tahun mereka tinggal di tanah tersebut setelah sebelumnya tinggal agak jauh dari lokasi sekarang. Pak Otang bekerja sebagai pembuat dan penjual sapu ijuk yang dijualnya seharga 8 ribu rupiah. Pak Otang menjualnya di sekitar kampung dekat rumahnya bahkan paling jauh ke lain desa. Kadang sapu yang dijualnya laku kadang tidak. Selain membuat dan menjual sapu ijuk, Pak Otang dan istrinya bekerja membantu mengurusi ladang milik tetangganya.
Pak Otang mempunyai 5 anak namun tinggal Agus kini tinggal di rumahnya. Anak-anaknya yang lain pergi meninggalkan mereka tanpa ada kabar dan tidak pernah lagi mengunjungi mereka.