Mohon tunggu...
Raya MoniqaAtilla
Raya MoniqaAtilla Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

saya senang mengerjakan tugas (kalau mood)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Etika Bergaul: Tidak Merendahkan Orang Lain

29 Mei 2022   19:00 Diperbarui: 29 Mei 2022   19:06 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang di perolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-ngolokkan) perempuan lain(karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok) … “ 

(QS Al-Hujurat ayat 11)

Dari ayat diatas, kita bisa tau bahwa Allah melarang kita untuk merendahkan orang lain. Tidak merendahkan orang lain termasuk etika kita dalam menjalani pergaulan yang seharusnya kita jaga dengan baik. Dengan menjaga etika dalam pergaulan, hubungan kita dengan sesama akan terjalin dengan baik. Bukankah kita juga ingin dihargai oleh orang lain ? Nah, jika kita ingin dihargai orang lain, kita juga harus menghargai orang lain.

Namun, sangat disayangkan jika kita melihat dalam kehidupan sehari-hari, sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain itu lama-lama memudar. Sikap merendahkan atau meremehkan orang lain, dalam hal bercandaan atau serius sering kita lihat atau dengar dalam kehidupan sehari-hari.

Diakui keberadaannya oleh orang lain tentulah setiap orang menginginkannya. Lewat pengakuan orang lainlah setiap diri kita bisa benar-benar merasakan bahwa kita memiliki nilai. Lewat pengakuan dari orang lainlah seseorang mampu menghapus perasaan inferior yang dimilikinya. Dan untuk mendapatkan pengakuan tersebut, banyak hal yang bisa dilakukan seseorang demi pengakuan itu dan menunjukkan keberadaannya. 

Ada orang yang menunjukkan keberadaannya itu dengan memamerkan kekayaannya, ada yang menunjukkan keberadaannya itu dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, ada juga yang memamerkan jabatan yang dimilikinya. Dan juga, ada yang ingin dianggap oleh orang lain dengan cara menyombongkan dirinya sekaligus merendahkan orang lain.

Beberapa diantara kita merasa lebih dari orang lain dan menganggap rendah orang lain. Sikap ini bagian dari sikap takabbur. Takabbur ini menurut pendapat para ulama adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. 

Kita ingat Kembali pada zaman dahulu, Iblis laknatullah ialah sosok makhluk yang pertama kali merasa lebih baik (takabbur) dengan merendahkan Adam a.s. Iblis menolak perintahNya untuk sujud kepada Adam a.s. Hal ini dikarenakan, ia merasa lebih baik karena ia diciptakan dari api, sedangkan Adam a.s. diciptakan dari tanah. Hal inilah (takabbur) yang membuat iblis diusir dari surga.

Pada hakikatnya setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Di dunia ini, tidak ada manusia yang sempurna. Kekurangan merupakan sesuatu yang pastinya dimiliki setiap manusia. Dengan itu, tidak ada alasan diantara kita merasa lebih baik dibandingkan orang lain apalagi sampai merendahkan orang lain.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa dahulu ketika Nabi Muhammad saw. di Madinah, ada seseorang yang sudah datang sebelum sahabat Nabi datang di masjid setiap panggilan sholat datang. Ia masih sholat saat sahabat Nabi pulang. Kagum atas ibadah orang ini, sahabat Nabi menceritakan kepada Nabi. Ketika Nabi melihatnya, Nabi berkata, “Aku seperti melihat bekas tamparan setan di wajahnya.” Lalu, Nabi mendatangi orang tersebut dan bertanya, “Apakah ketika kamu sholat, kamu merasa tidak ada yang lebih baik dari dirimu ?” Ia menjawab, “Benar”, sambil berjalan masuk ke masjid. 

Nabi Muhammad pun berkata kepada sahabatnya : “Akan muncul suatu kaum dari umatku yang pandai membaca Al-Qur’an. Di mana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian juga sholat kalian dibandingkan dengan sholat mereka. Juga puasa kalian dibandingkan dengan puasa mereka. Mereka membaca Al-Qur’an dan mereka menyangka bahwa Al-Qur’an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al-Qur’an (yang dibaca) mereka itu adalah (bencana) bagi mereka. Sholat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya.” (HR Muslim no. 1773)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun