Mohon tunggu...
Mimpin Sembiring
Mimpin Sembiring Mohon Tunggu... Dosen Psikologi pada Sekolah Tinggi Pastoral Santo Bonaventura Delitua Medan

Suka belajar dan berenang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Remaja - Gen Z Nggak Seribet itu, Lho! Begini Psikologi Perkembangan Menjelaskannya

17 Mei 2025   08:28 Diperbarui: 21 Mei 2025   09:29 1780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ket: Ilustrasi G Z    Sumber AI

Remaja - Gen Z Nggak Seribet Itu, Lho! 

Begini Psikologi Perkembangan Menjelaskannya

 

Pendahuluan

Remaja selalu menjadi fase yang penuh gejolak---baik bagi mereka yang sedang menjalaninya maupun bagi orang dewasa yang mencoba memahaminya. Masa ini dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan besar tentang identitas, arah hidup, dan relasi sosial, yang semuanya berpadu dalam dinamika fisik dan emosional yang tak selalu mudah ditebak. Tapi perlu digarisbawahi sejak awal: yang dimaksud remaja dalam tulisan ini adalah mereka yang lahir di era Gen Z. Dengan kata lain, kita sedang membicarakan remaja masa kini---yang berkembang bersama internet, media sosial, dan dunia yang terus bergerak tanpa jeda.

Gen Z, dalam fase remajanya, bukan sekadar "anak zaman sekarang". Mereka adalah generasi yang menjelajahi masa perkembangan psikologis di tengah lanskap sosial yang berbeda drastis dari generasi sebelumnya. Ketika kita melihat mereka mudah tersinggung, cepat bosan, atau terkesan terlalu sensitif, bisa jadi kita sedang menangkap ekspresi dari pergumulan batin mereka yang sedang mencari bentuk.

Tekanan dari media sosial, tuntutan untuk terus hadir di ruang digital, serta perubahan nilai yang cepat membuat perjalanan remaja Gen Z penuh tantangan baru. Namun, di sisi lain, mereka juga membawa cara pandang yang lebih reflektif, lebih terbuka terhadap keberagaman, dan lebih kritis terhadap norma. Dunia mereka tidak bisa kita pahami hanya dengan standar lama. Perlu pendekatan yang lentur, kontekstual, dan berbasis pemahaman mendalam---salah satunya adalah lewat lensa psikologi perkembangan.

Psikologi perkembangan memberi kita kacamata untuk melihat bahwa semua itu adalah bagian dari pencarian jati diri yang sehat---meskipun kadang membingungkan. Ilmu ini menunjukkan bahwa remaja sedang bergerak dari ketergantungan menuju kemandirian, dari kepatuhan menuju pencarian makna personal. Maka, perubahan emosi yang ekstrem, pertanyaan eksistensial, serta dorongan untuk membentuk opini sendiri bukanlah tanda bahaya, melainkan proses alami dalam pembentukan identitas. Dengan memahami tahap-tahap ini, kita tidak terburu-buru menghakimi, tetapi justru lebih siap untuk mendampingi.

Artikel ini mau mengajak kita untuk menyelami dunia remaja Gen Z lewat sudut pandang psikologi perkembangan---sebuah pendekatan yang memberi pemahaman lebih utuh tentang siapa mereka, mengapa mereka bertingkah seperti itu, dan bagaimana sebaiknya kita merespons. Karena memahami remaja bukan soal mengendalikan, tapi menyertai; bukan untuk mengubah mereka jadi seperti kita, tapi membantu mereka menemukan jati diri mereka sendiri dalam dunia yang sedang berubah.

Fenomena Remaja - Gen Z Hari Ini

Remaja Gen Z hidup dalam dunia yang sangat cair dan cepat berubah. Mereka lahir ketika internet sudah menjadi kebutuhan pokok, dan tumbuh dalam lingkungan digital yang menawarkan identitas ganda: satu di dunia nyata, satunya lagi di dunia maya. Dari bangun tidur hingga tertidur lagi, hidup mereka bersinggungan erat dengan notifikasi, unggahan, trending topik, dan tekanan untuk selalu "up to date." Bukan hal aneh jika mereka lebih kenal tokoh TikTok atau YouTube daripada tokoh sejarah atau pemimpin bangsa. Dan bukan sekadar hiburan: media sosial kini menjadi ruang utama mereka mengekspresikan diri, mencari dukungan emosional, bahkan membentuk identitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun