Maria Montessori: "Four Planes of Development"
Pendahuluan
Bayi lahir tanpa tahu apa-apa, tapi bukan berarti kosong. Ia datang ke dunia dengan rasa ingin tahu yang tak terbendung, dengan mata yang lebar menyerap apa saja. Seperti spons, kata Montessori, yang menyerap air tanpa pilih-pilih, otak anak di masa awal kehidupannya menyerap semua yang ada di sekelilingnya—bahasa, kebiasaan, bahkan cara orang dewasa tertawa atau marah. Itulah sebabnya, Montessori percaya bahwa tahap perkembangan anak tidak bisa disamakan antara satu dengan yang lain. Ada masanya anak hanya ingin menyerap, ada pula masanya ia mulai berpikir, bertanya, bahkan membantah.
Empat tahap perkembangan yang diperkenalkan Montessori bukan sekadar teori yang rumit, melainkan peta yang membantu kita memahami bagaimana anak-anak tumbuh. Seperti pohon yang bertumbuh dari biji kecil, manusia pun berkembang dalam ritme dan fase yang khas. Montessori membagi perjalanan ini ke dalam empat fase besar, dari masa balita yang penuh eksplorasi hingga dewasa yang mencari makna. Dengan memahami tahapan ini, kita bukan hanya bisa mendidik anak dengan lebih baik, tapi juga memahami bahwa setiap langkah dalam pertumbuhan mereka adalah sebuah keajaiban yang patut dirayakan.
Biografi Singkat Montessori
Maria Montessori lahir pada 31 Agustus 1870 di Italia. Pada zaman itu, dunia masih tertutup terbuka bagi perempuan yang ingin lebih dari sekadar mengurus rumah. Tapi Maria bukan tipe yang menerima batasan begitu saja. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan keberanian untuk berbeda. Ketika anak perempuan lain belajar menjahit dan memasak, Maria lebih suka berkutat dengan buku dan angka. Ia tak hanya berani bermimpi, tapi juga mewujudkannya—hingga akhirnya menjadi salah satu perempuan pertama di Italia yang lulus sebagai dokter.
Namun, dunia Montessori tidak berhenti di ruang praktik medis. Ia menemukan panggilannya bukan di rumah sakit, tapi di ruang kelas. Bertemu dengan anak-anak yang dianggap ‘tidak bisa diajar’ justru membuatnya menemukan metode baru dalam pendidikan. Alih-alih memaksa anak belajar dengan cara yang kaku, ia mengamati, mencoba memahami bagaimana cara alami mereka belajar. Dari sanalah lahir metode Montessori—sebuah pendekatan yang kemudian mengubah cara dunia melihat pendidikan anak. Sebuah perjalanan panjang yang dimulai dari seorang gadis kecil yang berani melawan batasan zamannya.
4 Fase Perkembangan
Manusia lahir dengan takdir untuk tumbuh. Sejak bayi membuka mata hingga akhirnya menatap dunia dengan segala pertanyaannya, ada perjalanan panjang yang tak selalu terlihat. Maria Montessori, dengan mata tajam seorang pengamat dan hati penuh kasih pada anak-anak, menemukan bahwa perkembangan manusia bukan sekadar bertambahnya usia, melainkan sebuah peta perjalanan yang terbagi dalam empat fase. Setiap fase adalah dunia baru, dengan tantangannya sendiri, dengan keajaibannya sendiri. Ada masa ketika anak menyerap segalanya seperti spons, ada saat di mana mereka mulai mempertanyakan, memberontak, lalu akhirnya mencari makna hidupnya. Jika kita memahami setiap fase ini, mendidik bukan lagi sekadar mengajari, melainkan menuntun mereka melewati jembatan menuju dunia yang lebih besar.
1. The Absorbent Mind" (Pikiran Penyerap, Â 0-6 tahun)