Mohon tunggu...
Mimpin Sembiring
Mimpin Sembiring Mohon Tunggu... Dosen Psikologi pada Sekolah Tinggi Pastoral Santo Bonaventura Delitua Medan

Suka belajar dan berenang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asam Lambung Kambuhan. Ini Biangnya, Kata Psikologi

20 Maret 2025   21:39 Diperbarui: 20 Maret 2025   21:42 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: asam lambung kambuhan   Sumber AI

Asam Lambung Kambuhan.

Ini Biangnya, Kata Psikologi

 

Pendahuluan

Pernahkah kamu merasa seperti ada kobaran api kecil di dalam perut yang tiba-tiba membesar, menyebar ke dada, bahkan sampai ke kepala? Rasanya nggak enak, bikin gelisah, dan entah kenapa emosi juga ikut tersulut. Satu kesalahan kecil dari orang lain bisa terasa seperti ledakan bom. Kalau sudah begini, pertanyaannya: apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini sekadar masalah pencernaan atau ada kaitannya dengan pikiran dan perasaanmu?

Jangan buru-buru menyalahkan makanan pedas, kopi, atau gorengan. Masalah asam lambung ternyata bukan cuma urusan lambung, tapi juga urusan kepala. Ada benang merah antara kondisi psikologismu dengan bagaimana perut bereaksi. Dan kalau dibiarkan, ini bisa jadi lingkaran setan: makin stres, makin parah asam lambungnya. Makin parah asam lambungnya, makin gampang emosian. Begitu terus sampai kita sendiri nggak sadar kalau semua ini bisa diatasi dari dalam, bukan cuma dari obat-obatan.

Hubungan Antara Asam Lambung dan Emosi

Tubuh dan pikiran itu kayak pasangan yang nggak bisa dipisahkan. Apa yang terjadi di satu sisi, pasti berpengaruh ke sisi lainnya. Dalam dunia psikologi, kondisi stres, cemas, atau bahkan marah berlebihan bisa memicu peningkatan produksi asam lambung. Kenapa? Karena otak yang tegang mengirim sinyal ke tubuh untuk bersiap menghadapi "bahaya." Nah, dalam kondisi ini, sistem pencernaan bisa ikut terpengaruh, produksi asam jadi berlebihan, dan akhirnya muncullah gejala maag atau GERD.

Ada satu fakta menarik: orang yang sering merasa cemas atau overthinking cenderung lebih sering mengalami asam lambung kambuhan. Ini karena tubuh mereka lebih sering berada dalam mode "waspada," yang artinya sistem saraf simpatis terus aktif. Padahal, pencernaan butuh ketenangan untuk bekerja optimal. Kalau terus-terusan stres, ya, jadilah perut seperti medan perang.

Biang Kerok di Balik Asam Lambung yang Sering Kambuh

  1. Stres yang Menumpuk
    Kamu mungkin nggak sadar, tapi kecemasan, tekanan pekerjaan, atau masalah hubungan bisa bikin perut jadi korban. Saat stres, tubuh melepaskan hormon kortisol yang bisa mengganggu keseimbangan pencernaan.
  2. Pola Makan yang Berantakan
    Makan nggak teratur, kebanyakan makanan berlemak, atau sering begadang bikin kerja lambung makin berat. Ditambah dengan stres, efeknya bisa berlipat ganda.
  3. Kurang Istirahat
    Tidur yang berantakan bisa memicu ketidakseimbangan hormon, termasuk yang mengatur produksi asam lambung. Akhirnya, pagi-pagi sudah mulai merasa nggak enak di perut.
  4. Overthinking dan Perfeksionisme
    Pikiran yang nggak pernah berhenti bekerja bisa bikin tubuh terus dalam mode siaga. Akhirnya, sistem pencernaan jadi nggak punya waktu untuk tenang dan bekerja dengan normal.

Bagaimana Mengatasi Asam Lambung dari Sisi Psikologi?

  1. Latihan Relaksasi
    Coba tarik napas dalam, buang perlahan. Lakukan ini setiap kali merasa cemas atau mulai merasa lambung nggak nyaman.
  2. Sadari Pola Pikir
    Kalau kamu tipe yang gampang kepikiran hal kecil, mulai belajar melepas. Nggak semua hal perlu dikontrol. Biarkan beberapa hal berjalan apa adanya.
  3. Meditasi atau Mindfulness
    Melatih diri untuk hadir di saat ini bisa membantu menenangkan pikiran dan, secara nggak langsung, menenangkan pencernaan juga.
  4. Perbaiki Pola Hidup
    Makan lebih teratur, hindari makanan pemicu asam lambung, dan pastikan tidur cukup. Kesehatan mental dan fisik harus berjalan seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun