Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Airmata di Ujung Malam Sejuta Bulan

6 Juni 2021   08:23 Diperbarui: 6 Juni 2021   08:25 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen : Airmata di Ujung Malam Sejuta Bulan 

Rembulan mulai menampakkan sinar kerupawanannya. Tanda malam segera tiba. Cahayanya menyinari bumi. Benderangkan alam raya. Cahaya bintang dilangit mewarnai malam.

Pak RT kaget setengah mati. Jantungnya berdegup kencang. Laksana seperti para koruptor yang terkena OTT KPK. Suara tangisan warga yang didengarnya membuat jantungnya hampir copot dari katupnya.

Tangisan warganya sungguh sangat menyayat hati. Mengisyaratkan sebuah kesedihan yang sangat dalam hingga menembus dinding nuraninya mendengar tangisan itu. Suara tangisan yang sangat memilukan hati yang mendengarnya. Suara tangisan berbalut kesedihan itu bak koor paduan suara yang sangat harmoni.

" Ada apa ini? Kok kalian semua menangis? Apa kalian tidak dapat jatah beras miskin dari Kelurahan," tanyanya.

" Bukan Pak. Bukan karena itu," jawab warga sambil terus menangis.

" Lalu soal apa?" tanyanya lagi.

Warga tak menjawab. Hanya menunjuk kearah rembulan malam yang malam itu cahayanya  berlumuran surgawi.

" Bulan,?" ujar Pak RT penuh tanya. 

" Kalau begitu, saya mesti melapor kepada Pak RW atas kondisi yang terjadi ini," ujar Pak RT dalam hati sembari bergegas meninggalkan warganya yang masih terus menangis.

Tangisan warga juga melanda kawasan RW. Seolah menular ke RW. Pak RW yang baru pulang dari Pos Ronda sangat kaget mendengar warga di RW-nya menangis. Hampir tiap rumah yang dilewatinya terdengar suara tangisan. Suara tangisan yang berbalur kepiluan bagi yang mendengarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun