Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Wakil Ayah

19 Mei 2021   02:45 Diperbarui: 19 Mei 2021   02:48 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anisa pun terpaksa menolak rayuan hati dari kepala Kantornya yang duda itu. Padahal Kepala Kantornya telah menyatakan cinta kepada dirinya. Bahkan kawan-kawan sekantornya pun setuju. Apalagi Kepala kantornya terkenal religius. Walaupun desas desus yang dia dengar bos nya itu terkenal pelit. Dan selama beberapa bulan bergaul Anisa sudah merasakannya. Cintanya pun tertelan kebaikan pamannya. Apalagi Ayahnya telah menyerahkan mareka kepada Sang paman. Anisa ingat dengan kata-kata Ayahnya.

" Kalian harus menurut dengan pamanmu. Jangan kalian membantah dengan pamanmu," ungkap Ayahnya.

" Membantah Pamanmu sama saja kalian membantah Ayahmu. Apa kalian mau jadi anak durhaka kepada orang tua," tanya Ibunya.

Duka lara meliputi Anisa dan keluarga ketika Sang paman meninggal. paman yang selama ini mareka anggap sebagai orang tua telah pergi. Dan mareka pun kini bukan hanya kehilangan orang tua, namun telah kehilangan pedoman dalam hidup. Sekaligus kehilangan orang yang bisa melindungi mareka dari berbagai masalah yang sering datang.

Dan Anisa masih ingat ketika dia menemui kepala Kantornya untuk menjadikan suaminya sebagai pengganti dirinya sebagai pekerja di kantor itu. Jawaban yang diberikan Kepala kantornya sungguh amat kontradiksi dengan sikapnya selama ini. Tak ada diksi lemah lembut. Tak ada sikap sebagai seorang pemimpin.

"Tidak bisa. Kamu masuk ke sini dulu karena kami menghargai pamanmu yang telah kami kenal," ungkap Kepala kantornya dengan nada keras dan seolah-olah melecehkan dirinya.

" Kalau bukan pamanmu yang memabawamu ke Kantor ini kami tak akan menerimanya. Karena kami dan saya sebagai Kepala Kantor tidak mengenal siapa kamu," lanjut Kepala Kantornya.

Anisa cuma terdiam. Membisu. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir tipisnya.

Perlakuan kurang bersahabat juga ditunjukan keluarga Bibinya. Mareka berasumsi sakitnya Paman mareka karena ulah Anisa.

" Perbuatanmu telah membuat pamanmu sakit. Kebaikan Pamanmu telah kalian balas dengan air tuba. Kalian memang ponakan yang tak bisa diberi kebaikan. Tak bisa membalas budi kebaikan orang," ujar Bibinya dengan narasi kesal.

" Apa kurangnya Paman kalian kepada kalian? Karena Pamanmu kamu bisa bekerja. Atas kebaikan Pamanmu kakakmu bisa bekerja. Dasar ponakan yang tak tahu diuntung," sambung Bibinya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun