Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Hidayah dari Anak-anak Dermaga

28 April 2021   22:19 Diperbarui: 29 April 2021   07:40 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: via Koran.Tempo.Co

Cerpen: Hidayah dari Anak-anak Dermaga

Hembusan angin laut dini hari itu menusuk hingga ke tulang sumsum. Suasana di Pelabuhan masih terlihat ramai. Para pelintas dari Jawa dan Sumatera serta sebaliknya saling bertemu. Wajah mereka saling bertatapan dengan langkah kaki penuh ketergesa-gesaan. 

Sementara di Dermaga beberapa kapal datang silih berganti menyambut kehadiran para pelintas yang akan diantarkan menuju tujuan. Beberapa anak-anak kecil tampak berenang dengan suka cita di atas air laut. Mereka saling berkejaran di tepi dermaga. Di sela-sela parkirnya kapal-kapal bertonase besar. Mereka tampak asyik beraktivitas di laut yang dini hari itu tampak tenang ombaknya. Hanya deru angin yang terkesan angker dengan hembusannya yang menembus tulang belulang.

"Pak lempar uangnya. Dan lihat kami mencarinya dengan menyelam," kata seorang anak kepada lelaki setengah baya yang tampak asyik menyaksikan aksi para anak-anak kecil itu dari atas kapal.

"Iya Pak. Bapak bisa lihat teman kami yang di berada di air sana bisa mengambilnya dengan cara menyelam," sela temannya. 

Lelaki setengah baya itu tampak tersenyum. Sementara wajahnya menampakkan sebuah kegalauan. Dan lelaki setengah itu langsung menyodorkan beberapa lembaran yang bernilai kepada anak yang bertelanjang dada yang berada di dekatnya.

"Maaf Pak. Kami tak bisa menerima secara langsung seperti ini. Kami bisa menerimanya kalau uang itu Bapak lemparkan ke dalam air," jawab sang anak kecil itu. Lelaki setengah baya itu terdiam. Menelan ludah. Dadanya terguncang. Nuraninya seolah tertikam atas jawaban anak kecil itu. Mukanya tampak memerah.

"Kami tak terbiasa menerima uang tanpa  bekerja. Itu pesan orang tua kami," lanjut anak kecil itu. Dan kembali lelaki setengah baya itu tertampar wajahnya. 

Dan dari dalam tas kecilnya lelaki setengah baya lalu melemparkan segepok uang yang harganya cukup untuk membayar uang sekolah anak kecil tadi. Bahkan bisa membeli sepeda motor bekas untuk mengantar mereka ke sekolah. Dan terlihat olehnya para anak-anak kecil itu langsung berenang menuju gepokan uang yang dilemparkannya ke dalam air. Terlihat keriangan dari wajah-wajah anak-anak itu saat mereka berenang mengejar gepokan uang yang dilemparkannya.

Dalam seminggu ini kehebohan muncrat di kantor Pimpinan Desa. Penyebabnya perilaku Kepala Desa yang mulai menanyakan asal usul uang yang diterimanya.

"Heran sekali aku. Kok tiba-tiba Pak Kades menanyakan asal uang yang diberikan kepadanya," keluh seorang pegawai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun