Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lelaki itu Menunggu Cintanya Hingga Senja Tiba

25 April 2021   02:58 Diperbarui: 25 April 2021   04:57 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://gambarsayang.blogspot.com/

Cerpen : Lelaki itu Menunggu Cintanya Hingga Senja Tiba

Usai pensiun sebagai jurnalis, Matulis pindah ke Kampung. Sebuah perkampungan yang masih dipenuhi pohon-pohon besar dan dipenuhi dedaunan yang rimbun. Dimana kicauan burung dan suara khas binatang lainnya menjadi ornamen Kampung itu.  Cita-citanya untuk menjalani hari tuanya dengan damai dan tenang tercapai. Matulis dapat mengisi sisa hari-hari tuanya dengan beribadah dan bisa bersujud untuk memohon ampun kepada Sang Maha Pencipta.  Untuk menghapus masa lalunya yang dilumuri dosa-dosa.

Setiap sore, Matulis mengisi hari-harinya dengan duduk di sebuah kursi yang terbuat dari papan bekas yang ada  dibawah pohon besar  di halaman rumahnya yang luas yang ditumbuhi berbagai jenis pohon dan tanaman khas Kampung yang rimbun. Mengenakan baju kaos putih dan bersarung, mantan jurnalis itu menikmati keindahan alam yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia. Kepak sayap burung camar yang menari-nari diatas awan yang biru berpadu dengan cahaya pantulan matahari yang berwarna kuning keemasan menambah keeksotisan setiap senja di Kampung itu. Sebuah ornamen yang tak pernah ditemuinya selama tinggal di Kota.

" Sebuah kenikmatan yang tiada tara dan sangat patut disyukuri. Alhamdulillah, di usia tua ku, aku masih bisa diberi kenikmatan oleh Allah sebagai penyaksi keindahan alam ini. Terima kasih, Ya Allah. Terima kasih, Ya Rabb," gumamnya.

Dan ketika suara azan magrib berkumandang dari Masjid diujung kampung, Matulis bersegera menuju Masjid kampung yang ditempuhnya dengan berjalan kaki untuk melaksana Sholat Magrib berjemaah. Sujud kepada Sang Maha Pencipta dan memohon ampun atas segala dosanya dimasa silamnya. Dan biasanya usai Sholat isya berjemaah di Masjid, Matulis baru pulang ke rumahnya.

Di rumahnya yang terbuat dari papan dengan design moderen, Matulis tinggal sendiri. Mantan jurnalis koran Ibukota itu memang membujang hingga dia pensiun. Dan untuk keperluan sehari-harinya, Matulis memperkerjakan seorang warga kampung untuk mengurus makanan hingga mencuci bajunya. 

Dan semenjak tinggal di kampung, Matulis jarang berkomunikasi dengan teman-teman lamanya. Lelaki itu malas berkomunikasi dengan para teman-temannya yang tinggal di Kota yang masih memperbincangkan berbagai riak-riak persoalan bangsa.

" Kita ini sudah pensiun. Maka nikmatilah masa pensiun kita ini dengan rasa pensiun. Tak usah lagi hingar bingar dengan cerita terkini," jawab Matulis lewat handphone kepada seorang temannya.

" Lebih baik kita mendekatkan diri dengan Sang Maha Pencipta. Jangan sia-siakan sisa umur kita yang makin bangkrut ini," sambungnya. 

 Sore itu saat Matulis sedang menikmati keindahan senja yang mempesona hatinya, matanya tertuju kepada seorang wanita yang lewat di depan rumahnya. Hati Matulis bergetar. Memorinya tuanya seolah dicharge kembali. Wanita yang lewat di depan rumahnya bersama seorang anak kecil itu amat dikenalnya. Ya, amat dikenalnya. Ingatan tuanya seolah bergerak ke masa silam. Dan suara azan Magrib yang bersenandung dengan merdunya,membuyarkan memorinya. Matulis bergegas menuju Masjid untuk bersujud kepada Sang Maha Pencipta.

Pag itu, saat matahari mulai terbangun dari mimpi panjangnya, saat warga kampung yang membantunya di rumah tiba, Matulis langsung menanyainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun