Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Daster Baru

10 April 2021   15:56 Diperbarui: 11 April 2021   11:55 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen : Daster Baru 

Matsusah bersyukur. Hari ini masih ada yang dapat dimakannya. walaupun makanan yang ditelannya hanya nasi putih bercampur garam. Dan nasi putih bercampur garam bukanlah makanan yang menjijikan. Untuk hari ini Matsusah membayangkan makanan itu sebagai makanan rendang di warung Padang yang kini mulai berjejer rapi di kampungnya.

Matsusah dan istrinya tidak pernah mengeluh dengan apa yang menimpa keluarganya saat ini. Nasi garam itu bukanlah racun diperutnya. Bahkan banyak temannya yang bilang dirinya kini gemuk dan sehat. 

Matahari mulai berjalan diatas kepala. Matsusah sudah berada di kebunnya. Kebun itu tak luas amat. Cuma sekitar 1 hektare saja. Tanaman yang menghiasinya beragam. Ada cabai. Ada singkong. Ada pepaya, bahkan ada tanaman lada. Dan biasanya Matsusah pulang ketika matahri mulai tergelincir menjelma menjadi senja. Sebelum suara azan magrib berkumandang.

Malam itu, usai pulang dari sholat magrib berjemaah di masjid, Matsusah menghampiri isrinya yang sedang duduk di teras rumah mereka. Matsusah memandang istrinya dari mulai ujung kaki hingga ujung rambut. Istrinya tiba-tiba tersipu malu.

" Ada apa Pak. Kok kamu memandangi aku seperti saat kita masih pacaran dulu," tanya istrinya.

" Besok temani aku ke kebun, ya. Kebun kita sudah panen. Dan Pak Ketol sudah siap membeli hasil panenan kita," kata Matsusah.

Istrinya tersenyum mendengar perkataan Matsusah. Melihat senyum istrinya, Matsusah memandangi kain sarungnya yang sudah  banyak robeknya. Dan memandangi baju daster istrinya sudah sudah dipenuhi sulaman kain kecil baru di beberapa bagiannya. Sudah lama sebagai suami dia tidak membeli daster buat istrinya. Seingatnya, dia membeli daster buat istrinya saat bulan ramadahan tahun lalu. Sementara bulan suci itu kini tinggal dalam hitungan hari lagi menghampiri umat manusia di seantero bumi

Usai menjual hasil panenan kebun, Matsusah dan istrinya langsung menuju Pasar di Kota kecamatan. Matsusah membiarkan istrinya membeli apa saja yang diinginkannya. Sebagai suami yang baik dan bertanggungjawab, lelaki itu ingin sekali memanjakan istrinya. Dia hanya mengikuti langkah kaki istrinya yang keluar masuk toko baju. Setidaknya sebuah tas besar kini telah disandangnya dibahunya yang kekar.

Di sebuah warung Padang yang tak jauh dari Pasar, pasangan suami istri itu mampir. Semua lauk pauk sudah tersedia diatas meja mereka. Mulai dari rendang, opor ayam hingga sop daging. Piring-piiring makanan memenuhi meja mereka. Istrinya bengong.

" sesekali kita perlu juga menikmati makanan seperti ini," ujar Matsusah kepada istrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun